Mohon tunggu...
alvira warditaa
alvira warditaa Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

saya Alvira saat ini merupakan mahasiswa semester 1

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kain Songket Warisan Budaya Melayu Riau

3 Januari 2025   22:43 Diperbarui: 3 Januari 2025   22:43 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

      Menurut tradisi Melayu Riau, panjang kain songket yang dikenakan oleh pria berbeda antara yang sudah menikah dan yang belum menikah. Pria Belum Menikah, kain songket dikenakan dengan panjang di atas lutut. Hal ini menandakan bahwa pemakainya masih lajang atau belum menikah. Pria Sudah Menikah, kain songket dikenakan dengan panjang hingga bawah lutut. Ini menunjukkan bahwa pemakainya telah menikah.

      Selain panjang kain, cara melipat kain songket juga memiliki makna tersendiri terkait status keluarga: 

Lipatan Dua Sisi: Menunjukkan bahwa pria tersebut belum memiliki anak. 

Lipatan Satu Sisi: Menandakan bahwa pria tersebut sudah memiliki anak. 

      Aturan ini berlaku umum dalam budaya Melayu, termasuk di wilayah Riau dan Sumatera Barat. Dengan demikian, cara pemakaian kain songket tidak hanya berfungsi sebagai busana, tetapi juga sebagai penanda status sosial dan keluarga dalam masyarakat Melayu. Penerapan aturan ini penting untuk menjaga nilai-nilai budaya dan tradisi yang telah diwariskan secara turun temurun.

 Proses Pembuatan Kain Songket

       Proses pembuatan kain songket memerlukan tingkat keterampilan yang tinggi serta kesabaran yang luar biasa. Para pengrajin yang terlibat umumnya adalah perempuan yang mewarisi keterampilan ini secara turun-temurun.

      1.Pemilihan Bahan

Proses ini dimulai dengan pemilihan benang berkualitas tinggi, seperti benang katun atau sutra. Benang emas atau perak digunakan untuk menciptakan kilauan khas yang menjadi ciri khas kain songket.

      2. Pewarnaan

 Benang dasar diwarnai menggunakan pewarna alami maupun sintetis, tergantung pada preferensi pengrajin. Pewarna alami, seperti daun mangga atau kulit kayu, sering dipilih untuk menghasilkan warna yang lebih tahan lama dan ramah lingkungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun