" Iya ngumpulin laporan," Jawabnya singkat merunduk meski sempat menatap karena kaget tahu-tahu aku sapa.
Baru sejenak ingin memulai bahan obrolan, dari jauh terlihat kakak asisten telah siaga di meja "hotspot" berbalut cap basah penanda sahnya laporan praktikum. Si gadis langsung beranjak dari joglo sambil permisi menghampiri asisten untuk mengantre.
"Maaf, mau ngecek laporan dulu," Sambil sedikit merunduk seolah tak ingin melihat wajahku. Sayang sekali pikirku, padahal dengan mencoba mengetahui seluk beluk si gadis, rasa penasaran dan asumsi orang sekitar yang selama ini tertancap setidaknya bisa hilang.
Jumat, akhir bulan April. Sore hari di himpunan merupakan jam-jam ramai. Suara tek-tok dan umpatan orang-orang bermain tenis meja terdengar jelas, diikuti gelak tawa anak-anak jurusan yang baru saja menjalani kelas terakhir di minggu ini. Yap, sore di hari Jumat merupakan waktu yang pas untuk segala kegiatan yang ada di labtek biru.
 Iringan nyanyian dan lantunan gitar dari himpunan sebelah turut meramaikan senja menyapa rona gelap Sabtu malam. Tidak hanya mahasiswa, civitas akademika pun turut bahagia jika Jumat sore datang. Beberapa dosen berlalu melewati himpunan sambil melemparkan senyum pamit. Masadenta bergerombol pulang bareng dan petugas keamanan siap-siap berganti shift malam untuk siap membubarkan mahasiswa nakal yang kelamaan nongkrong di himpunan wkwkwkw.
Pukul 17.00 aku masih asyik mengotak-atik laptop di dalam sekretariat. Hingga teringat sudah hampir 1 bulan si gadis bermata biru tidak masuk kelas. Banyak yang sadar namun bungkam, toh pasti ada yang bakal mencari pikir banyak orang. Ya, terakhir pertemuanku dengan si gadis ialah saat pengumpulan laporan bulan lalu.
Sambil merenung tiba-tiba suara mang Karim memecah bayang, menghamburkan imajinasi seketika. Berbeda dengan civitas lain yang saat sore tiba sudah mulai pulang, lain halnya dengan mang Karim, penjual khas "Starling" ini sedia menemani mahasiswa hingga jam malam sambil berjualan.
"Mas, kopi gak?" Kepalanya sedikit menjorok ke dalam ruang sekretariat dengan suara khasnya menawarkan minuman.
"Iya mang, kopi susu yak!" Jawabku singkat sambil teriak.
"Waduh susu yang mana nih?" Gurau mang Karim singkat sambil sigap mengambil termos panas di meja jualan.
Seruput demi seruput kopi susu kuteguk. Hangat, tapi cukup membakar semangat untuk menyelesaikan tugas sebelum jam 18.00. Sinyal sekretariat yang jelek membuatku beralih ke meja bundar untuk mencari internet. Sambil mencari colokan kosong, pengerjaan tugas kembali dilaksanakan. Sayup-sayup suara azan Maghrib dari arah batan terdengar, beberapa anak-anak himpunan ada yang bersiap pulang menyambut weekend, sebagian lain menyeret beberapa terpal-terpal sisa acara untuk alas forum.