Mohon tunggu...
Alvi AmaliaNur
Alvi AmaliaNur Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

https://instagram.com/al.writers_art_?igsh=NTc4MTIwNjQ2YQ==

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Review Bab: 28 Merah Jambu di Benua Asia

5 September 2021   21:40 Diperbarui: 5 September 2021   21:44 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cit...cit ciittt.... 

Kicauan burung dipagi hari bersama teriknya matahari yang keluar menyinari ruangan besar dan bersih itu, sehingga membuat kedua mata yang telah tertidur lelap terbangun. Seketika itu badan yang telah terlentang di atas kasur pelan-pelan terbangun, dan sudah di kagetkan dengan tangisan para pelayan. 

"Hei...kalian ada apa," para pelayan itu mulai mengusap air matanya dan melayani sang putri. 

"Katakan padaku, ada apa!" para pelayan saling menoleh satu sama lain, mereka tak berani berucap. Siapa yang tahu saat mereka menangis tiba-tiba Putri-nya terbangun dari tidur lelapnya.

 "Hei...! Kubilang katakan," serunya di atas kasur. 

"Nona Shin Hyun, Tuan... Tuan muda Shin Il. Dia...dia," pelayan itu tak berani melanjutkanya. 

"Dia apa!" 

"Dia di cambuk oleh Nyonya di pekarangan belakang sampai dengan pagi ini, dan dia masih di hukum di bawah terik matahari," jawab pelayan yang lain. 

Shin Hyun yang mendengarnya segera bergegas lari menuju pekarangan belakang dengan cepat kakinya berlari menuruni tangga yang begitu panjang, dan berlari mengitari rumah yang seperti istana tepatnya di kediaman ketiga. 

"Shin Il," serunya sedih menatap tubuh yang luka dengan tanpa baju atasan, dan hanya menggunakan celana hitam panjangnya sisa tadi malam. 

"Apa kau senang," jawabnya seringai.

 "Kamu masih saja berpikir negatif tentang ku," ucap Shin Hyun sembari mendekatinya. "Sudah kubilang, AKU BUKAN DIA...! Aku bukan wanita penyihir itu, kenapa kau tidak mempercayai ku sampai dengan hari ini." Sambungnya lagi yang menangisi kondisi sang kakak pagi ini.

 "Oh...!" jawab Shin Il. 

Shin Hyun mendekat dan semakin mendekat, kemudian duduk tepat di depan Shin il. Lalu kedua tanganya memegang wajah yang penuh dengan lebam akibat tamparan, matanya melihat setiap luka akibat cambukan baik dari depan ataupun dari belakang, kemudian dia memeluknya sembari meraba ke bawah untuk melepaskan ikatan tangan di kedua tangan sang kakak yang mengarah kebelakang. 

"Pergilah jangan berpura-pura baik padaku," ucap Shin Il. 

"Sudah cukup kak...!" ini kali pertamanya Shin Hyun memanggilnya dengan sebutan kakak. "Aku sudah muak jangan berpura-pura lagi. Aku telah mengetahui banyak hal tentang kau, kau tidak perlu menjauhi ku untuk melindungi ku. Semuanya aku sudah tahu kenapa kau bersifat ketus dan sinis padaku. Kau begitu jahat sekali dengan ku, aku tahu kau ingin membuat ku untuk menjauhi mu karena jika Ibu tahu, maka dia akan semakin dan semakin menjauhkan hati mu dan hati ku, serta akan semakin dan semakin menuntut ku untuk kepentingan pribadinya." Shin Hyun melepaskan pelukanya lalu memegang tangan Shin Il. 

"Jangan sok tau," jawabnya. 

"Para pelayan mu adalah utusan ku."

 "Apa!!!" 

"Maaf, tapi hanya itu yang bisa ku lakukan." 

"Kau licik." 

"Lalu bagaimana dengan mu. Kamu selalu berlaku seperti Tuhan yang bisa melakukan semuanya sendirian. Kamu juga manusia yang harusnya tidak melakukan semua dengan sendiri, tapi juga bekerja sama. Dari awal aku sudah mengatakan bahwa, aku tidak sejalan dengan dia, kenapa kau tidak memperdulikan perkataan ku. Ucapanku adalah benar, aku tidak pernah menjauhkan hatiku dari mu."

"Syukurlah... kau tidak mengetahui kejadian yang sebenarnya," ucap Shin Il dalam hati. 

"Pergilah...!" balasnya kepada Shin Hyun.

 "Tidak!" ucapnya memegang makin erat tangan Shin Il." 

"Minggir!" Shin Il mendorong tubuh Shin Hyun ke tanah lalu mencoba berdiri, namun tubuhnya tak mampu berjalan dan roboh ke tanah. 

"Dengarkan aku, terima kasih karena telah mencari ku dan menggendong ku tadi malam. Aku ingin kau tahu bahwa, aku mencintai mu. Jadi, jangan pergi. Bekerjasamalah dengan ku, kumohon...! Kali ini menurut lah pada adik mu, biar aku yang sekarang giliran membantu mu." Shin Il akan menepis tangan Shin Hyun namun Hyun tetap menjaga kekuatan tanganya, karena dia tahu bahwa tubuh Shin Il sedang lemah. Lalu Shin Hyun berkata, "menurutlah...kakak." Hal itu akhirnya membuat Shin Il luluh, dan kemudian menerima pertolongan dari sang adik yaitu, ShinHyun sehingga mereka berdua menuju kediaman Shin Il.

Di masing-masing kediaman SHIN dalam satu lingkup terdapat kamar-kamar/ruangan yang seperti paviliun di masing-masing tempat, namun masih dalam satu lingkungan yang sama. Misal seperti kediaman utama di sana terdapat kediaman untuk Tuan besar kemudian, dan kediaman-kediaman yang lain selanjutnya. Misal lagi, kediaman pewaris utama di sana terdapat masing-masing kediaman seperti Ruangan Shin-Hye kemudian kediaman Nyonya dan Tuan dan sebagainya. 

Sesampainya di ruang Shin Il.

"Tempat lumayan luas dan besar juga,'' ucap Shin Hyun. 

"Masih cukup besar dan luas milik mu," balasnya. 

"Apa kau masih marah padaku..." Shin Hyun mengoleskan salep pada luka Shin Il.

 "Emm... maksut ku tentang para pelayan di sini." 

"Kau ceroboh! Bagaimana jika Nyonya tau." 

"Kau kawatir padaku?" Shin Hyun tersenyum kecil.

 "Jangan terlalu percaya diri."

 "Nyonya tidak akan pernah tahu. Sebenarnya aku cukup bertanya-tanya, mengapa kita lahir dari rahim yang sama tapi perlakuan ibu berbeda pada kita."

 "Nyonya punya alasan sendiri." 

"Kau pun masih memanggilnya Nyonya, sama seperti waktu kecil." 

"Jangan lanjutkan lagi." 

"Aku absen dulu beberapa hari ini. Kau gantikanlah aku selama aku tidak masuk ke kantor."

 "Huh...! Sekarang kau baru mau minta tolong padaku. Kemarin padahal baru saja mencaci maki ku." 

"Dasar," balas Shin Il tersenyum. 

Shin Hyun melihat wajah Shin Il yang tersenyum manis tepat di pantulan kaca yang berada di depan mereka, namun Shin Il tidak menyadarinya jika sang adik telah memandanginya begitu lama. Shin Hyun memandangi wajah yang manis dan tampan itu dengan penuh kagum karena, sang kakak memiliki kharisma yang berbeda dari yang lain bahkan, pasanganya yang berada di New York tidak seperti Shin il. 

"Hei..." toel Shin Hyun yang membuat Shin Il menghadap padanya. 

"Apa?" 

"Mulai hari ini berjanjilah padaku untuk tidak mengerti menanggung semuanya sendirian. Aku mengajak mu mari bekerja sama." Ucapnya mengulurkan tangan.

"Apa ini maksutnya Deal or No Deal...?"

"Emm...lakukan," jawabnya mengayunkan tanganya lagi. 

"Deal." 

Hari itu Shin Il merasa di pedulikan dan di akui di kediaman tersebut. Walaupun dia tahu bahwa adiknya memanglah selalu mendukung dirinya. Karena perasaan sayang yang cukup besar, oleh sebab itu mereka memiliki tujuan yang berbeda satu demgan lain namun tetap saling melindungi. 

Hanya saja, ternyata hal itu malah menyakiti satu dengan yang lain. Dan hari ini terjawab sudah untuk tidak bekerja sendiri, sebaliknya mereka melakukan kerja sama yang baik untuk kedepanya. Shin Il masih memikirkan rencana panjangnya untuk keluarga SHIN.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun