"Lalu bagaimana dengan mu. Kamu selalu berlaku seperti Tuhan yang bisa melakukan semuanya sendirian. Kamu juga manusia yang harusnya tidak melakukan semua dengan sendiri, tapi juga bekerja sama. Dari awal aku sudah mengatakan bahwa, aku tidak sejalan dengan dia, kenapa kau tidak memperdulikan perkataan ku. Ucapanku adalah benar, aku tidak pernah menjauhkan hatiku dari mu."
"Syukurlah... kau tidak mengetahui kejadian yang sebenarnya," ucap Shin Il dalam hati.Â
"Pergilah...!" balasnya kepada Shin Hyun.
 "Tidak!" ucapnya memegang makin erat tangan Shin Il."Â
"Minggir!" Shin Il mendorong tubuh Shin Hyun ke tanah lalu mencoba berdiri, namun tubuhnya tak mampu berjalan dan roboh ke tanah.Â
"Dengarkan aku, terima kasih karena telah mencari ku dan menggendong ku tadi malam. Aku ingin kau tahu bahwa, aku mencintai mu. Jadi, jangan pergi. Bekerjasamalah dengan ku, kumohon...! Kali ini menurut lah pada adik mu, biar aku yang sekarang giliran membantu mu." Shin Il akan menepis tangan Shin Hyun namun Hyun tetap menjaga kekuatan tanganya, karena dia tahu bahwa tubuh Shin Il sedang lemah. Lalu Shin Hyun berkata, "menurutlah...kakak." Hal itu akhirnya membuat Shin Il luluh, dan kemudian menerima pertolongan dari sang adik yaitu, ShinHyun sehingga mereka berdua menuju kediaman Shin Il.
Di masing-masing kediaman SHIN dalam satu lingkup terdapat kamar-kamar/ruangan yang seperti paviliun di masing-masing tempat, namun masih dalam satu lingkungan yang sama. Misal seperti kediaman utama di sana terdapat kediaman untuk Tuan besar kemudian, dan kediaman-kediaman yang lain selanjutnya. Misal lagi, kediaman pewaris utama di sana terdapat masing-masing kediaman seperti Ruangan Shin-Hye kemudian kediaman Nyonya dan Tuan dan sebagainya.Â
Sesampainya di ruang Shin Il.
"Tempat lumayan luas dan besar juga,'' ucap Shin Hyun.Â
"Masih cukup besar dan luas milik mu," balasnya.Â
"Apa kau masih marah padaku..." Shin Hyun mengoleskan salep pada luka Shin Il.