Kalo *cinta versi Hadis* tentu lebih banyak, tinggal tanya ke *Ustadz Gugel* hehe; mungkin yang masyhur ( *redaksi Hadis* jadi tidak tepat dari saya, tolong cek sendiri ya) seperti: Pemuda-pemudi yang cinta dan benci karena Allah, dijamin akan dilindungi di Hari Kiamat. Orang ketiga dari sepasang kekasih yang sedang berpacaran ialah Setan. Menikahi perempuan karena (a) kekayaannya, (b) kecantikannya, (c) keturunannya, dan (d) agamanya. Pilihlah perempuan karena agamanya = inilah *cinta abadi*.
Siapa yang mencintai (baca: menyembah) Muhammad, Muhammad telah mati; tetapi siapa yang mencintai Allah, Dia hidup = *cinta benar* alias *tidak syirik* (ini *atsar*, jejak, Abu Bakar Siddiq r.a., bukan Hadis); apalagi *TAHTA* (cinta harta & wanita)--Dunia ini canda dan tipuan; atau dunia dan wanita adalah perhiasan, sebaik-baik perhiasan ialah wanita shalihah (bisa jadi ini Quran, bukan Hadis)--Berdoalah minta *pasangan hidup* dengan Q.s. 25: 74.
Bekerjalah seakan-akan kamu akan hidup selamanya, beribadahlah seakan-akan kamu akan mati besok = *cinta seimbang* (ini *atsar* 'Ali bin Abi Thalib r.a., bukan Hadis, kalo Quran-nya lihat Q.s. 28: 77). Jangan terlalu cinta, nanti benci; jangan terlalu benci, nanti cinta (boleh jadi ini *hikmah/kata mutiara*, bukan Hadis).
... 'met ber-cinta karena Allah SWT, Bro.
Waduh, kalo udah chatting, jadi lupa waktu, kalo pesbukan juga ... #hajeuh! Jadi teringat slogan di akun medsos sendiri dan semoga tidak ... jadi weh kabura maqtan (Q.s. 61: 3), yakni 'sangatlah dibenci' Allah jika saya sekadar jago di atas kertas.
Berarti, #cinta_ideal (standar = sejati) itu, ya gaya bercinta Nabi Muhammad SAW karena telah teruji dan terpuji di lapangan, sehingga didokumentasi dalam Quran sebagai uswah hasanah (teladan yang baik) di mana kick-off-nya adalah ibda' bi nafsi (mulai dari diri-sendiri), lakukan dulu apa yang dikatakan; tidak akan menyuruh umat, apa yang tidak dilakukan Beliau.
Hayoh, siapa lagi yang jago meng-gocek (dribbling) #bola_cinta dengan indah sesuai pakem (ketentuan) ilahiah? Padahal sudah ma'shum (dijamin suci-dosa), tetep ber-istighfar; sudah menjadi kekasih Tuhan, tetep 'gegana', bahkan hingga detik sakratulmaut-nya, Beliau masih memikirkan nasib orang lain, mencintai umatnya, bukan dirinya (shallaallaahu'alaamuhammad shallallaahu'alaihiiwasallam).
Yang muda, yang pernah muda, belajarlah sepanjang hayat, bersama mengeja Cinta. Kita mengerti pun belum, tapi woles saja, ini prerogatif Tuhan. Kita mah berproses terus (in fieri): belajar-praktik, belajar praktik, terus ... Cepat atawa lambat, ada hukum kausalitas: cinta atau benci yang kita tanam?  Wa Allaah a'lam.
Ujungberung, 13 Desember 2017, 06.21.
c.q. 'Esai' ini di-share dulu ke blog dan status fb saya, lihat: https://ojegmangomo.blogspot.co.id/2017/12/belajar-mengeja-cinta.html
Terima kasih.