Q.s. 8: 61, Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Q.s. 9: 103, Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan[658] dan mensucikan[659] mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
[658]. Maksudnya: zakat itu membersihkan mereka dari kekikiran dan cinta yang berlebih-lebihan kepada harta benda
[659]. Maksudnya: zakat itu menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati mereka dan memperkembangkan harta benda mereka.
Q.s. 49: 7, Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti kemauanmu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu mendapat kesusahan, tetapi Allah menjadikan kamu 'cinta' kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus,
Q.s. 56: 37, Penuhcinta lagi sebaya umurnya.
(Dimohon bandingkan terjemah ayat-ayat tersebut dengan Muhammad Shohib dkk, Al-Qur'an dan Terjemahnya [Jakarta: Kemenag RI, 2012 atau terbitan terbaru]).
Kata kunci kelima ayat tersebut adalah (1) cinta Allah, ikuti rasul-Nya alias kekasih-Nya, berarti suka Yang Benar (Q.s. 3: 31); (2) condong damai berarti suka yang damai (Q.s. Â 8: 61); (3) bersih hati, suci jiwa terhadap harta berarti suka yang sederhana (Q.s. 9: 103); (4) cinta itu iman dan iman itu indah, antonimnya: benci itu kafir, fasik, dan durhaka, yang berarti fitrah manusia suka yang indah (Q.s. 49: 7); serta (5) sebaya atau sekufu berarti suka yang seimbang (Q.s. 56: 37).
Dengan demikian, #bacaan saya terhadap Quran, #cinta_itu adalah:
- Suka kebenaran (Q.s. 3: 31).
- Suka kedamaian (Q.s. 8: 61).
- Suka kesederhanaan (Q.s. 9: 103).
- Suka keindahan (Q.s. 49: 7).
- Suka keseimbangan (Q.s. 56: 37).
Alinea di atas, saya kirim juga kepada seorang kawan baru yang keukeuh nanya via WA: cinta itu apa, bagaimana menurut Islam, dan mana dalilnya? Kemudian dia nanya lagi: bagaimana cinta menurut Hadis?
'Cinta' menurut Hadis (Hadiits), belum saya selisik secara saksama. Alinea di bawah merupakan alinea 'terpaksa' dihadirkan karena kawan baru itu seperti ngebet kawin saja. Saya jawab sebagai berikut (kata/frasa diapit tanda '*' menjadi huruf tebal di aplikasi WA):