Mohon tunggu...
Aluska Alus
Aluska Alus Mohon Tunggu... -

the deeper wisdom bringing in its own way the special request to pass

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Saya Guru Sejarah

5 Februari 2015   07:53 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:48 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Ada lagi yang turut meruncing runcingkannya? tanya saya benar benar lega karena jam pelajaran saya memang sudah hampir habis.

"Oh ya para pengamat dadakan di media sosial. Persis ketika G30S/PKI pak modusnya. Juga persis desas desus ketika Era Reformasi. Internal dan eksternal campur baur siapa lawan siapa,siapa teman siapa" tambah mereka sambil tertawa.

"Menurut kalian apa yang menyebabkan seperti itu?" tanya saya menjelang beberapa menit sebelum bel berbunyi.

"Karena mental ORBA yang masih bercokol pak. Uang dan janji kekuasaan menjadi pokok permasalahannya<" jawab mereka tnnpa ragu.

Saya melihat murid murid saya dengan pandangan baru. Saya terus terang malu karena saya pun dalam berbagai jejaknya masih bermental ORBA, tepatnya penerus mental ORBA yang negatif. Saya akan menjelaskan kepada mereka bahwa ada positif tentu dari zaman ORBA. Saya turut menyesal jika murid murid saya dalam riset 2 minggu yang mereka lakukan ternyata menemukan mental berpolitik ORBA secara negatif yang masih berlanjut hingga kini.

Saya terharu. Untuk pertama kalinya saya bersyukur menjadi guru sejarah. Saya bangga terhadap murid murid saya karena hari ini saya yang belajar dari mereka.

"Terima kasih anak anak. Terima kasih karena untuk pertama kalinya bapak bangga menjadi guru sejarah karena bapak yang hari ini belajar dari kalian," kata saya dengan mata berkaca kaca.

"Bapak lebay ah," kata mereka sambil bertepuk tangan berterima kasih atas pujian saya untuk mereka.

Saya guru sejarah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun