"Kenapa mental Golkar era ORBA yang selalu mengkooptasi hukum untuk kekuasaan masih terus berlangsung pak?" mereka murid murid SMA dan sudah sepatutunya mereka banyak bertanya.
"Kenapa kalian berpikir seperti itu? tanya saya
"Karena bapak menyuruh kami merisetnya bukan? Dan yang kami dapatkan selama 10 tahun terakhir institusi penegak hukum yakni POLRI tidak pernah lepas dari kooptasi kepentingan kekuasaan. Sementara KPK terus berusaha dilemahkan selama beberapa tahun terakhir ini dengan upaya revisi Undang Undang KPK," jelas mereka bertubi tubi
"Kemudian?" tanya saya tanpa daya
"Pak, foto foto rekayasa seperti yang ada di media pun kami telah mampu membuatnya, bahkan membuat suara yang mirip pun sudah ada aplikasinya. Apakah suasana keriuhan masalah KPK dan POLRI hampir serupa keriuhan waktu kampanye pilpres yang lalu, penuh hujat saling lempar tuduhan dan fitnah pak?"
Saya menatap dengan penuh cinta kepada murid murid saya. Mereka baru  lahir dan masih bayi ketika negara ini dilanda huru hara memasuki Era Reformasi.
"Menurut kalian apa yang menyebabkan terjadi masalah KPK dan POLRI?" tanya saya perlahan.
"Karena nafsu untuk menuntut pembagian kekuasaan melalui tekanan tekanan politik dan ternyata mental korupsi, kolusi dan nepotisme belum berhasil diberantas pak."
"Apakah itu kesimpulan dari riset kalian?" saya bertanya dengan lega karena paling tidak murid murid saya berhasil mengambil kesimpulan dari riset dan diskusi mereka.
"Masih ada pak, media massa turut meruncingruncingkan masalah pro dan kontra disini bahkan melebaikan kutipan wawancara atau pernyataan yang ada."
Saya tertawa karena sepanjang presentasi mereka yang penuh pertanyaan baru sekali ini mereka memakai istilah slank "lebay".