Rasanya bapak baru kemarin meninggalkan kami ternyata sudah seribu hari kami ditinggalkan pergi menghadapNya.
Kamar itu masih rapi karena mba Mat dan mbok nem selalu menata dan membersihkannya.
"Kita akan tahu jawaban bapak di dalam almari itu dik" kata mba Marni kepadaku.
Aku diam mas Gatot tampak gelisah dan mondar-mandir seakan menunggu seseorang.
"Mas Gayot kenapa?"
"Aku menunggu tukang kunci dik"
Tukang kunci itu datang tergopoh masih muda, tetangga desa kami.
Almari itu terbuka sekali dua kali sentuh dan semua terbuka, bau kapur barus menyeruak di dalam ada baju tentara, lencana, penghargaan dan satu bayonet dan sebuah buku kumal di pojoknya.
Aku diam sementara mas Gatot memegang baju seragam bapak, lencana dan penghargaan.
Mbak Marni mengambil buku dan memperlihatkan foto kami waktu kecil.
Ada foto keluarga Pakde dan anak-anaknya yang sudah tidak bisa kami temui sampai saat ini.