Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Lelaki Pembawa Pelangi (Cinta) 2

3 Agustus 2016   20:05 Diperbarui: 3 Agustus 2016   20:11 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“nanti aku kenalkan temankulah mas , mau cari istri to? sindir ma situ padaku dan aku diam seribu bahasa.

“saya hanya bekerja asal saja, asal bisa mencarikan buat istriku uang, hari ini saya akn membersihkan WC terminal dan nanti berjualan koran di terminal dan sibuknya diriku nanti aku akan menjadi buruh pengantar barang di terminal ini juga, hebat kan mas kerjaku hari ini “

“kok bisa aku heran mas, kan istrinya sudah mapan dankaya begitu?”

“tidak boleh gengsi karena saya dan istri punya hak dan kewajiban, lelaki harus menafkahi istrinya walau semampunya dan kewajaiban suami ini”

Aku diam dan selalu mencari jawabanya ternyata lelaki necis dulu adalah seorang penjual koran dank arena kejujurannya maka di jadikan suami oleh seroang wanita yang anak orang kaya dan punya beberapa perusahaan di kota ini tetapi inilah yang namanya lelaki sebenarnya dia mau diberi perusahaan dan disuruh mengelola usaha istrinya tetapi dia menempuh jalurnya sendiri mandiri istrinya seakan tidak bisa menolaka karena bukan kekayaan yang dia cari didunia ini adalah kejujuran yang di utamakan walau mas necis ini hanya mempunya pekerjaan tidak tetap tetapi hatinya tetap mulia  dan tidak ada gengsi yang berlipat didadanya tidak ada itu mau makan kekakayaan istrinya karena menurut dia seorang lelaki harus bisa bertanggung jawab dan mencarikan nafkah untuk istrinya adan benarnya.

“jangan meniru saya mas guru, setiap pagi istri saya membujuk untuk bekerja dan memegang perusahaannya tetapi saya tidak mau setiap pagi dia menyeterikan baju ini dan dia bilang sudah  tidak usah bkerja lagi tetapi penggilan hati saya tetap bekerja adalah mencari pahalaNya jadi saya tetap bekerja apa adanya disini ini mas  dekat pak Mo yang sudah saya anggap orang tua kedua saya setelah kedua  ornag tua saya meninggal kala itu”

“sudah mas nseci kok rahasia keluarga  ketahuan lho!”

“tidak usah gengsi dan main rahasia ini rahasia lelaki dan setiap wanita berhak tahu bahwa yanga berkorban jiwa raga bukan wanita karena lelaki juga punya gengsi dan harga diri, juga perasaan untuk dihargai benar kan mas guru?”

“jadi malu ternyata harus begini bersikapnya mas necis”

“pelajaran pagi mas guru”kata pak Mo padaku

“saya juga berpandangana kalau guru itu gajinya banyak tetapi kenyataan sama dengan saya yang serabutan ini”

“ah mas necis mengejek saya…”

“pria juga bisa mellow mas…”jawab mas necis padaku

“dan menangis “ imbuh pak Mo

….

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun