aku diam, mungkin dia sombong
“pak Mo aku juga mau ngopi dulu seperti mas guru ini”
Keheningan ini pecah ketika dia juga meminta kopi pada pak Mo
“njenengan beruntung mas guru, kamu memang beruntung” sindir dia padaku
“lebih beruntung mas…”jawabku singkat
“hidup seperti roda mas guru, saya tidak punya pekerjaan tetap sampai sekarang, mau nyalo takut di tangkap petugas kereta api, mau ikut calo tanah tidak punya modal”
“rejeki ada padaNYa percayalah” sedikit jawabanku padanya, dia bercerita lugas dan lugu.
“tanya pak Mo mas aku tidak punya pekerjaan tetap”
“ada hubungannya dengan kaos ini?”
aku coba menyelidikinya dan dia malahan sedikit percaya padaku dan akhirnya dia bercerita padaku dan sedikit menyangkut pak Mo dalam ceritanya
“saya di besarkan dijalan mas, waktu itu bapak dan simbok juga memulung di jalan dan saya harus bekerja keras untuk mencari makan di jalan ngamen dan juga memulung dan saya tidak malu disini waktu saya menamatkan SMA hanya warung pak Mo inilah sebagaian mengukir sejarah saya ya berjualan koran sambil sekolah dan jasa pak Mo inilah yang membuat aku seolah kangen kesini sedikit minum kopi dan mengganti baju necis saya”