“lenthok gorengnya tiga”
“ya mas Dion” kata mba Min dan aku tertawa geli kecil dibuatnya
“mama dulu papa kesini bersama kita”
“ya kit tidak makan disini tetapi beli soto saja lalau kerumah kakek ya?”
“mama begitu” Dion nampaknya ngambek tetapi akhirnya mengangguk keci dan kami senyum dibuatnya, oleh ulahnya yang entah mengapa menggemaskan hati ini aku diam dalam bahagia di pojok warung soto keanangan bersama mas Harun, ya Allah swt apakah kami bisa merngkuh kebahagian inilagi? ataukah takdirku harus bersedih tanpa jeda ?Aku hanya berharapa Allah swt memberikan gembira dan bahagia pada kedua jagoanku ini.
Kami bertiga agak sedikit memacu kearah rumah pertemuan rumah simbah, ya orang tua mas Harun almarhum. Bangunan besar rumah pendapa jawa ini agaknya masih indah tanpa perubahan hanya tanaman di depannya lebih hijau karena hujan masih meyelimuti bumi Yogyakarta ini.
Aku memasuki pintu gerbang itu ada beberapa mobil tiga buah platnya luar daerah Yogya aku tahu kakak dan adik mas Harun ada yang dinasnya di luar kota Bantul ini, ada yang disemarang dan Surabaya.
“ mama datang “ kat gadisku ini dan diikuti anak sebaya yang aku tahu itu anak adik mas Harun, yang juga seorang anggota polisi yang bertugas di Semarang.
“mama ini Fitri “
“ya mama tahu om kemana ?”
“di dalam rumah,” ya adik paling kecil mas Harun, yang masih bersama bapak dan ibunya keduanya Guru di Bantul juga, anak dua masih balita yang kecil baru taman kanak-kanak yang besar sudah sekolah dasar kelas lima aku menyebutnya om Juni.