Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Buku Biru 18 [Tantangan Menulis Novel 100 hari]

31 Maret 2016   20:05 Diperbarui: 31 Maret 2016   20:12 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“lenthok gorengnya tiga”

“ya mas Dion” kata mba Min dan aku tertawa geli kecil dibuatnya

“mama dulu papa kesini bersama kita”

“ya kit tidak makan disini tetapi beli soto saja lalau kerumah kakek ya?”

“mama begitu” Dion nampaknya ngambek tetapi akhirnya mengangguk keci dan kami  senyum dibuatnya, oleh ulahnya yang entah mengapa menggemaskan hati ini aku diam dalam bahagia di pojok warung soto keanangan bersama mas Harun, ya Allah swt apakah kami bisa merngkuh kebahagian inilagi? ataukah takdirku harus bersedih tanpa jeda ?Aku hanya berharapa Allah swt memberikan gembira dan bahagia pada kedua jagoanku ini.

Kami bertiga agak sedikit memacu kearah rumah pertemuan rumah simbah, ya orang tua mas Harun almarhum. Bangunan besar rumah pendapa jawa ini agaknya masih indah tanpa perubahan hanya tanaman di depannya lebih hijau karena hujan masih meyelimuti bumi Yogyakarta ini.

Aku memasuki pintu gerbang itu ada beberapa  mobil tiga buah platnya  luar daerah Yogya aku tahu  kakak dan adik mas Harun  ada yang  dinasnya di luar kota Bantul ini, ada yang disemarang dan Surabaya.

“ mama datang “ kat gadisku ini dan diikuti anak sebaya  yang aku tahu itu anak adik mas Harun, yang juga seorang anggota polisi yang bertugas di Semarang.

“mama ini Fitri “

“ya mama tahu om kemana ?”

“di dalam rumah,” ya adik paling kecil mas Harun, yang masih bersama bapak dan ibunya keduanya Guru di Bantul  juga, anak dua masih balita yang kecil baru taman kanak-kanak yang besar sudah sekolah dasar kelas lima aku menyebutnya om Juni.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun