Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Buku Biru17, [Tantangan Menulis Novel 100 Hari]

30 Maret 2016   16:14 Diperbarui: 30 Maret 2016   16:38 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="alsayidja"][/caption]

Cerita yang kemarin 

Buku Biru

Al Murruah Sayyid Jumi Anto

No: 62

Jumlah kata : 539

 

Asyiknya..

 

memang matahari mau muncul

menyambutmu, senyum’

aku akan memulai petualangan ini dengan jagoan kecilku

entah mengapa hati selalu berdebar bila memulai yang baru

ke Bantul

dengan segala hati

membuat ceria kembali

Maret 3032016

Baru hari ini Dion dan aku naik motor sendirian kearah Bantul yang ternyata lebih asyik dan menyenagkan dion, bertiga memang karena mba Min juga ikut dengan aku naik boncengan tiga dengan senangnya Dion senang menuju rumah nenek dan kakek ya bapak dan ibu mas Harun.

‘Memang kita mau mampir kemana ke selatan ini mama?”

“mau mampir  ke Kasongan melihat keramik dulu po Dion?”

“y apa itu mama?”

“Itu yang buat tempat celengan, tempat alat menabung dari tanah liat”

“ya , ngoten mas Dion” kata mba Min padanya,dia tetap bertanya, tuh  Aku dan mba Min selalu kecipuhan, tidak enak menjawab pertanyaan yang selalu ada saja yang di tanyakannya padaku dan mba Min

“tempat pembuatan gula pasir dekat Kasongan ?”

“apa oh pabrik gula Madukismo? “ aku kaget

“didekatnya sebelah utara kasaongan ini,itu kelihatan cerobongnya”Dion senang banget baru kali ini ke Bantul naik sepeda motor.

“nanti kepantai juga ya mba?” rayu Dion pada mab Min

“pantai apa mas?” tanya mba Min balik bertanya padanya

“pantai Depok sama papa dan mama pernah kesana,enak tuh ikan bakarnya”

“Kamu memang tahu segalanya” kataku sedikit berteriak, karena tahu kan jalan Bantul ini  benar-benar ramai kalau   menjelang siang ini.

“ramai bu” kata mba Min

“benar aku tidak menyangka begini raai jalan Bantul sekarang” keluhku pada mba Min sepagi menjelang siang ini memang ramai orang pada kerja dan pada sekolah juga kuliah entah mengapa sekarang jadi ruwet begini jalannya tidak seperti dua tiga tahun lalu, arah Pojok Beteng Kulon, betapa sepeda , sepeda  motor , mobil dan bis selalu bersamaan untuk memakai jalan ini.

Aku jadi teringat mas penulis buku itu dulu aku bertemu dengan mas penulis buku, tidak menyangka dia kuliah sambil jualan koran, aku terkagum-kagum dibuatnya, sementara aku dulu anak manja dan selalu semuanya di berikan oleh kedua orangtuaaku,  mas semoga kamu tidak tiba-tiba muncul di hadapanku sekarang.

“bu ayo sudah hijau nieh” aku tergeragap dan

“ok juga, kamu Min selalu deh mengingatkanku”

“mama ngalamun”

“tahu saja kamu Dion”

“ya bu” jawab mba Min padaku

“Dion pegangan ya”

“mba ya …”

Tidak seramai dulu sekarang banyak toko yang tumbuh dikiri kanan jalan Bantul ini aku baru tahu, memang aku  tidak pernah naik  motor sejauh ini.

“mama mulai panas jalannya”

“makanya pakai topinya, dari tadi tidak mau pakai topi sih kamu”

mba Min mengambil topi di tas dan di pakai oleh dion, gagah karena topinya  kesukaannya ini tidak pernah lupa kemanapun di pakainya, dan ada di tasnya!

“mba Min nati beli soto di Palbapang ya?”

“ya bu”

“mama sotio? aku suka yo..”

kami tertawa bersama senang dengan keplosan Dion

Soto  penuh kenangan terutama mas Harun pernah mengajakku makan soto waktu dari wonokromo  menghadiri pernikahan sepupunya, kami mampir dan enak juga sotonya.

“eh tetapi rantangnya sudah kebawa tidak tadi?’

“ya bu ada di tas besar ini”

“ok juga mba min..lets go…’

“goooo” kata Dion penuh semangat, yah semangat dolan nieh….

Bantul pernah kenal to tuh klubnya sepakbola pernah diperhitungkan ditingkat nasional, sekali dua kali pernah melihat langsung, karena diajak mas Harun, sambil jaga dan kami pernah melihat langsung pentas para  pemain bintangnya di Stadion Sultan Agung ini.

 

BERSAMBUNG

-novelbukubirualsayidja-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun