[caption caption="alsayidja"][/caption]
Buku Biru
Al Murruah Sayyid Jumi Anto
No: 62
Jumlah kata : 539
Asyiknya..
memang matahari mau muncul
menyambutmu, senyum’
aku akan memulai petualangan ini dengan jagoan kecilku
entah mengapa hati selalu berdebar bila memulai yang baru
ke Bantul
dengan segala hati
membuat ceria kembali
Maret 3032016
Baru hari ini Dion dan aku naik motor sendirian kearah Bantul yang ternyata lebih asyik dan menyenagkan dion, bertiga memang karena mba Min juga ikut dengan aku naik boncengan tiga dengan senangnya Dion senang menuju rumah nenek dan kakek ya bapak dan ibu mas Harun.
‘Memang kita mau mampir kemana ke selatan ini mama?”
“mau mampir ke Kasongan melihat keramik dulu po Dion?”
“y apa itu mama?”
“Itu yang buat tempat celengan, tempat alat menabung dari tanah liat”
“ya , ngoten mas Dion” kata mba Min padanya,dia tetap bertanya, tuh Aku dan mba Min selalu kecipuhan, tidak enak menjawab pertanyaan yang selalu ada saja yang di tanyakannya padaku dan mba Min
“tempat pembuatan gula pasir dekat Kasongan ?”
“apa oh pabrik gula Madukismo? “ aku kaget
“didekatnya sebelah utara kasaongan ini,itu kelihatan cerobongnya”Dion senang banget baru kali ini ke Bantul naik sepeda motor.
“nanti kepantai juga ya mba?” rayu Dion pada mab Min
“pantai apa mas?” tanya mba Min balik bertanya padanya
“pantai Depok sama papa dan mama pernah kesana,enak tuh ikan bakarnya”
“Kamu memang tahu segalanya” kataku sedikit berteriak, karena tahu kan jalan Bantul ini benar-benar ramai kalau menjelang siang ini.
“ramai bu” kata mba Min
“benar aku tidak menyangka begini raai jalan Bantul sekarang” keluhku pada mba Min sepagi menjelang siang ini memang ramai orang pada kerja dan pada sekolah juga kuliah entah mengapa sekarang jadi ruwet begini jalannya tidak seperti dua tiga tahun lalu, arah Pojok Beteng Kulon, betapa sepeda , sepeda motor , mobil dan bis selalu bersamaan untuk memakai jalan ini.
Aku jadi teringat mas penulis buku itu dulu aku bertemu dengan mas penulis buku, tidak menyangka dia kuliah sambil jualan koran, aku terkagum-kagum dibuatnya, sementara aku dulu anak manja dan selalu semuanya di berikan oleh kedua orangtuaaku, mas semoga kamu tidak tiba-tiba muncul di hadapanku sekarang.
“bu ayo sudah hijau nieh” aku tergeragap dan
“ok juga, kamu Min selalu deh mengingatkanku”
“mama ngalamun”
“tahu saja kamu Dion”
“ya bu” jawab mba Min padaku
“Dion pegangan ya”
“mba ya …”
Tidak seramai dulu sekarang banyak toko yang tumbuh dikiri kanan jalan Bantul ini aku baru tahu, memang aku tidak pernah naik motor sejauh ini.
“mama mulai panas jalannya”
“makanya pakai topinya, dari tadi tidak mau pakai topi sih kamu”
mba Min mengambil topi di tas dan di pakai oleh dion, gagah karena topinya kesukaannya ini tidak pernah lupa kemanapun di pakainya, dan ada di tasnya!
“mba Min nati beli soto di Palbapang ya?”
“ya bu”
“mama sotio? aku suka yo..”
kami tertawa bersama senang dengan keplosan Dion
Soto penuh kenangan terutama mas Harun pernah mengajakku makan soto waktu dari wonokromo menghadiri pernikahan sepupunya, kami mampir dan enak juga sotonya.
“eh tetapi rantangnya sudah kebawa tidak tadi?’
“ya bu ada di tas besar ini”
“ok juga mba min..lets go…’
“goooo” kata Dion penuh semangat, yah semangat dolan nieh….
Bantul pernah kenal to tuh klubnya sepakbola pernah diperhitungkan ditingkat nasional, sekali dua kali pernah melihat langsung, karena diajak mas Harun, sambil jaga dan kami pernah melihat langsung pentas para pemain bintangnya di Stadion Sultan Agung ini.
BERSAMBUNG
-novelbukubirualsayidja-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H