Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pathok Bandara 39, Sebuah Novel

29 Maret 2016   15:32 Diperbarui: 29 Maret 2016   15:38 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="alsayidja.paint"][/caption] Cerita yang kemarin :

http://fiksiana.kompasiana.com/alsayidjumianto/pathok-bandara-38-sebuah-novel_56f40d19f57a61170acee692

 

Hujan

 

Sore ini nampakny curahnya sangat

deras, banjir disana-sini

entah kemana 

 

seperti mengapa

maret ini semakin

keras hujannya

 

tak terkira

keraskan hatimu

keraskan langkahmu

 

memperjuangkan

asa

dan milikmu

alsayidja, maret diujung hujan di timur 

 

Semakin benar dan aku yakin bahwa sang pemilikmodal sudah menyetir pola pikir pejabat daerah kami, entah mengapa mengeluh dengan siapa'

"bandaranya internasional,bukan bandara lokal"

"akan terintegrasi dengan jalur kereta dan pelabuhan laut"

"juga akan dibuatkan juga jalan tol diatas jalur utama"

dan semua akan mendapatkan ganti"untung" yang layak dan juga ganti garapa bagi pengarap tanah negara "

"Ikhlaskan saja semua ini demi semua " demikian sms yang masuk di Hp ku

"kamu tidak takut?" tanya lik Legiman padaku

"hanya Allah swt yang aku takuti lik" jawabku simpel

"mereka tetap akan menggunakan segala cara untuk "mengoalkan" yang masih menolak proyek itu mab"

"kamu takut like?"

"ya tidak lha membela punya sendiri kok"

"ok juga nyalimu lik.." pujiku padanya.

 Entah mengapa hati ini mulai tidak enak atas tekanan kan kiri pejabat, pengusaha dan preman serta calo tanah yang mulai emmberi umpan untuk entah mendapatkan keuntungan banyak dari mega proyek ini aku tidak terpengaruh juga.

"kamu jangan provokasi mereka nduk" kata pak mantan lurah kami

"ya mengapa?"

"kamu diturut mereka nduk"

"boleh romo" 

"jangan harap mereka mudah mendapatkan milik kami romo"

"kamu memang kebangerten nduk...tetapi ada benarnya" kata romo menyayangkan langkahku

Setiap  perjuangan membutuhkan pengeorabanan!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun