[caption caption="alsayidja.paint"][/caption]cerita yang kemarin: http://fiksiana.kompasiana.com/alsayidjumianto/buku-biru-9-tantanganmenulisnovel100hari_56f137c38223bdd0085615a3
BUKU BIRU
Al Murru'ah Sayyid Jumi Anto
NO:62
Jumlah kata: 650
“kita jadi ke toko buku Gia itu di Kota Baru?” tanyaku pada Yuanita
“nggih bu, benar ke toko itu nanti kita mau mencari bukunya”jawabnya
Aku diam bukan mengapa tetapi lorong sudut toKo ini pernah kau jelajahi dEngan si tambatan hatiku walau akhirnya hanya aku menyerah, kalah dibuatnya.
“kok diam jadi to bu?”
“oh ya?” aku tergeragap dalam lamunanku dan aku mengajak anakku dion naik motor
“ok, ayo mba” kataku pelan,
Jalan ketoko ini agak berkelok sedikt macet tetapi menyenangkan dulu kecil toko bukunya sekarang aku lihat sudah besar dan ada di perempatan korem 0274 tempat bapak presiden ke enam dulu pernah bertugas dan dikota perjuangan ini bapakku juga pernah bertugas sebagai guru di sebuah sekolah di Yogya ini, sama, dari enam anaknya aku nomor lima juga semua alhamdulilah menjadi guru
Walau ada yang tidak bertugas di Yogya tetapi ada empat orang termasuk aku yang menjadi guru di Yogya ini,aku diam toko penuh kenangan ini aku akan memasukinya lagi setelah hampir empat tahun aku tidakpernah menengoknya, apalagi hanya shopping center dekat Taman Pintar aku menjejaknya bila mencari buku referensi untuk sekolah Kurikulum 2013 banyak disana , maka aku jarang dan hampir tidak pernah ketoko buku ini selain sensintif dan terlalau banyak kenangan manis disini bersama mas Harun dan juga tempat bertemu pacar alama di kala kuliah dulu disinilah kami pernah janjian dan bertemu pertama kali dengan pacar lama sebelum mas Haruna da did lam relung hatiku ini.
“Kamu tahu kan Yun bila begini ramai lha wong jam bubaran kantor”
“ya maaf bu Biru, kita akan ketemu sang pengarangnya, itu kan bu?
“ya tetapi Dion malahan mulai ngantuk ini?”
“ha hahah benar bu?’
Tak terasa kami sudah samping di Bangjo korem 0274 ini dan belokny kekiri tidak boleh kekanan, disamping kanan perempatan ini ada markas sebuah markas partai terbesar dinegeri ini darah kota Baru di Yogya dulu tempat rumah milik bangsa Belanda yang dijadikan cagar budaya dan eksis bentuk rumahnya masih seperti dulu kala walau fungsinya sekarang sudah berubah menjadi tempat kantor dan tempat usaha lainya.
“sudah sampai Dion mau beli cerita anak-anak atau yang buku cerita bergambar?”
Hatiku terkesiap kaget dan tidak menentu ketika melihat ada poster di muka pintu gerbang took buku ini , “inikan dia?”
“bu ayolah didalam sudah ramai itu pengarangnya di kerubuti minta tanda tangan!”
Aku benar-benar tidak menyangka dia mas benar kamu!
“bu kok begitu?, aku sudah bawa dua ini aku mau kekasir dulu!”
“ya ok, ini uangnya Yun”
“nanti saja, tau besaok tidak apa-apa?’
“eh mahal lho limapuluh ribu itu kalau belai tiga”
“sudahlah bu…”
Aku diam menghampiri Dion dan sambil melihat-lihat buku untuk Dion sementara dia sibuk membolak balikan buku-buku yang sengaja di biarkan di kotak-kotak rak buku.
“bu aku mintakan tanda tangan sekalian ya?’
“boleh” aku hanya memperhatikan sekumpulan ornag itu agak jauh memang dari tempat kotak-kotak buku yang Dion buka isinya
“bagus mama”
“ya “jawabku , sambil aku memastikan benar dia atau bukan orangnya
“bu ayo lihat pengarangya ?” Yuanita mengajakku, aku akhirnya menarik anaku dan kugendong
“mama kenapa tut ante Yuanita ?”
“mau lihat orang antre tanda tangan ..”
“aku tanda tangani boleh mama?”
“ha? hahah “ aku tertawa mendengara jawaban lugunya itu
“boleh saja” aku menjawab sambil melihat siapa yang pria itu dan aku benar melihatnya, kerlingnya dan mukanya dia!
“bu kenal dia ?”
“kamu Yun …”aku kaget ketiga Yuanita tiba-tiba bertanya padaku, tentang pengarang itu.
“tidak tahu kok , bu BIru memandangnya begitu?’
“aku kagum tahu…”
“haahah …jangan marah bu, itu Dion mau lihat bukunya” benar anakku akhirnya turun dari gendongan dan melihat buku yang aku beli dengan dia
“mama nanti ini di warnai juga bagus”
“ya Dion, kalau yang ini untuk kakak, buku pengetahuan alam dan sosial ini”
“tidak ada gambarnya “
“kamu lhe…”aku bête banget asal dia ,,
Kami diam dalam urutan tanda tangan Yuanita nanpaknya semangat untuk mendapatkanya aku duduk, kerling mata itu melihatku dia pura-pura tidak tahu kedatanganku atau benar-benar sibuk, aku tidak mau tahu, bukti kamu ada !
BERSAMBUNG...
-NOVELBUKUBIRUALSAYIDJA-
LHE:ANAK LELAKI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H