Setumpuk kekata sunyi yang menempati gelap ;
Dari kaca jendela
serasa mimpi-- lebih sekedar imajinasi
dan masa keharuan menghampar luas
terlukis pada garis-garis napas makhluk bumi
Â
Engkau, sang pujangga malam
wajahmu puisi
harapmu kasturi
wujudmu udara
hadirmu cahaya
Â
Pada sentuhan mata langit
pada lirih jiwa yang berhembus di daun-daun
dalam sapaan rembulan
di serumpun bambu yang merdu bersenandung
senantiasa kau-simpan aroma rinduku
seperti jari-jari gerimis yang lembut berjatuhan
membelai kulit-kulit tanah
hingga segala kering, basah perlahan
Â
Apakah-ku tlah meminjam arwah malam sebagai citra kesunyian?
Â
Kaulah, sang pujangga malam
di kaca jendela yang berembun kini
nalarku menapaki kebekuan asa
lelahku menyertai rintihan elegi sukma
seutuh rindu merajam sendi-sendi indriya
tersenyum di karamnya kisah cinta
mimpi-mimpi puisipun dilupa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H