Mohon tunggu...
Alouette De Bali
Alouette De Bali Mohon Tunggu... Administrasi - Je dis ça je dis rien

La beauté attire l'oeil, Mais la personnalité capture le cœur.....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Suka Dukaku...

19 Februari 2022   17:57 Diperbarui: 19 Februari 2022   18:02 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

2018 tahun yang akan ku kenang selamanya...
Siapa sangka di tahun ini banyak hal yang terjadi dalam kehidupanku. Suka duka, canda dan tawa ku rasakan pada waktu yang tak berselang lama


Januari 2018, ku pastikan bahwa aku akan menonton konser Celine Dion di Jakarta Juli nanti. Tiket pun telah terbeli. Dan tinggal menghitung bulan...
Tak pernah terbayangkan dalam benakku, bahwa aku akan menyaksikan idolaku menyanyi di negeriku sendiri... 

Aku memang bermimpi menonton konsernya di Perancis yang tak tau kapan akan bisa terwujud. Namun seolah Tuhan ingin mengabulkan mimpiku lebih awal dengan mendatangkan Celine Dion ke Indonesia. Tak pikir panjang aku rela merogoh tabunganku untuk membeli tiketnya. Permintaan untuk mendapat libur kala itu pun telah ku sampaikan ke BA. Bahkan dengan ancaman, jika tak diberikan libur aku siap keluar dari agent hahaha... Sampe begitunya ya saking ngefansnya...

Pernyataan ku didasari karena konsernya adalah di bulan Juli, high season pekerjaanku. Tapi tak mungkin ku lewatkan juga kesempatan emas ini... Kapan lagi coba nonton penyanyi sekelas Celine Dion di Indonesia...


April 2018, touring dengan BA team ke Bromo dengan mengendarai sepeda motor Nmax. Gila kan dari Bali naik motor sampe Bromo, cewek sendiri pula... 

Pokoknya jangan ditanya hobbyku apa, berada di jalanan, ditengah-tengah alam, akan membuatku memiliki tenaga yang lebih dan tak akan merasakan lelah... 

Kami pun sampai di Lava View Hotel setelah 11 jam perjalanan yang cukup santai. Melewati lautan pasir dengan sepeda motor tentu tak sama kala melewatinya dengan Jeep. Ada tantangan dan kenikmatan tersendiri serta kebanggaan luar biasa bisa mengibarkan bendera Bali Autrement (BA) ditengah lautan pasir Bromo.

Kerja keras tak kan menghianati hasil. Itulah yang selalu ku ingat untuk memotivasi diriku sendiri. Sehingga ku coba untuk selalu mencintai pekerjaanku karena tatkala kita mencintainya, semua akan berasa lebih mudah.


And yes.... 7 Juli saatnya Celine Dion....

Tak pernah terbayangkan aku yang hanya anak desa bisa bergabung dengan fans-fans Celine Dion di seluruh Indonesia di Jakarta. Merasa cukup bangga dan puas dengan pencapaian ku karena aku mampu memenuhi kebutuhan dan menggapai mimpiku.

Ketika ku lihat dekorasi bertuliskan dan gambar Celine Dion memenuhi perjalanan menuju SICC pagi itu, aku masih berasa seperti mimpi. Sengaja ambil flight pagi agar bisa sampai lebih awal di Jakarta karena harus tukar tiket elektronik. Dan tiket pun sudah dalam genggaman. Tinggal menghitung waktu....

Untuk pertama kalinya aku rela merogoh tabungan untuk menonton konser seperti ini. Berada diantara 11.000 penonton kala itu membuatku cengar-cengir sendiri menunggu sang idola menyanyi. 

Matapun tak berkedip saat ku lihat ia di atas panggung dan mendengar suaranya... Berusaha dengan sebaik mungkin untuk mengabadikannya dengan ponselku. 

Ku nikmati setiap lagunya, dan betapa senang hatiku ketika lagu favorit "Pour que tu m'aimes encore" dinyanyikannya. Tak ku sangka bahwa ia akan menyanyikan lagu berbahasa Perancis, mengingat fansnya di Indonesia yang sebagian besar senang dengan lagu-lagu bahasa Inggrisnya. 

Ku katakan dalam hati bahwa suatu saat aku akan berada di Perancis untuk menontonnya kembali, saat itulah ia akan menyanyikan semua lagu berbahasa Perancis kesukaanku. 

Aku memang lebih suka lagu-lagu Perancisnya. Tapi aku juga suka lagu-lagu Inggrisnya. Pokoknya kalau Celine Dion, aku suka semuanya hihihi

Bulan Oktober 2018 aku kembali ke Jakarta bersama Leo. Kali ini tidak untuk nonton Celine Dion, tapi untuk apply visa. Ya kami berniat untuk liburan ke Perancis. Aku yang hendak mengambil hadiah dari BA, karena BA memberikan kesempatan kepada guidenya yang ingin ke Perancis akan ditanggung biaya tiket pulang-pergi. 

Kesempatan itu tentunya tak ku sia-siakan. Aku yang ingin merealisasikan semua mimpi-mimpiku, dengan semangat yang menggebu dan penuh keyakinan, ku lengkapi semua document dan persyaratan untuk mendapatkan visa turis. 

Para tamu yang sudah menjadi temanpun telah ku hubungi satu-persatu dan telah menyiapkan diri untuk menyambut kedatanganku yang aku planningkan pada bulan Desember nanti. Karena aku ingin melewati Natal, ulang tahunku dan tahun baru di Perancis.

Beberapa hari pun berlalu, aku mendapat kabar dari Leo bahwa passeport telah diterima. Namu dipassportku tak ada tanda visa. Berbeda halnya dengan passeport Leo. Aku pun tak percaya dan melihatnya sendiri, bahwa memang benar permintaanku ditolak. Entah apa alasannya kami tak tau. 

Sedih, kecewa dan tanda tanya besar menghantuiku kala itu... 

Rasa jengah dalam diri pun menggebu-gebu dan ku putuskan untuk mencoba yang kedua kalinya. Dan berharap agar diterima sehingga aku tetap bisa ke Perancis.

Di bulan November saat kami (Rya, Agus, Dayu Mira & aku) liburan ke Bandung, kami sempat ke Jakarta sambil ku apply untuk yang kedua kalinya. 

Namun ada yang berbeda kala itu, selama perjalanan ke Jakarta, aku merasa bahwa percobaan keduaku ini juga tak akan membuahkan hasil. Aku tak akan bisa ke Perancis tahun ini. Entah kenapa tiba-tiba pikiran itu menghantuiku. 

Namun aku tetap menyerahkan dokumentku karena sudah berada di Jakarta kala itu. Dan tak berselang lama passport ku pun telah dikirim ke Bali. Aku pun duduk dan berdoa di kantor BA saat membuka amplop itu. 

Dan jelas sudah bahwa pernyataan hatiku terjawab. Permintaanku kembali ditolak untuk kedua kalinya. Tetap tanpa pemberitahuan alasannya, namun besar keyakinanku akan ada sesuatu dan lain hal yang akan terjadi hingga aku tak diijinkan untuk pergi oleh Tuhan, itulah pikirku kala itu. Entah apa itu aku tak tau... 

Sedih dan kecewa itu pasti, waktu dan materi terbuang sia-sia untuk 2 kali penolakan ini. Ingin rasanya berontak tapi ku coba untuk menenangkan hatiku. Dalam hati ku katakan "akan ku coba untuk yang ke 3 kalinya, tapi tak saat ini"...

27 November pagi, aku tergesa-gesa dalam perjalanan menuju Polresta untuk memperpanjang SIM A dan SIM C ku. Sempat menabrak anjing kecil yang mirip sekali dengan anjingku di rumah. 

Syukurnya ia tak kenapa-kenapa dan aku pun tak terjatuh. Berawal dari kejadian pagi itu, perasaanku tak enak. 

Aku berusaha menelpon Ajik di rumah untuk mengabarkan kejadian pagi itu namun telponku tak kunjung diangkat. Terus ku coba tapi tak diangkat juga. Ku yakinkan diriku bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Hingga tibalah malam itu kala aku sedang berada di rumah Leo untuk merayakan ulang tahun anaknya. Postingan pesta pun ku unggah di Facebook. 

Yang saat itu ku lihat juga postingan kakakku sedang berpesta makanan dengan anak-anaknya di rumah. Kami pun saling bertukar informasi tentang pesta makanan kala itu. Ia yang berada di rumah dengan anak-anaknya dan aku yang berada di Denpasar di rumah Leo. 

Aku juga telah berhasil menghubungi Ajikku malam itu, sekitar jam 21.00 untuk menyampaikan kejadian tadi pagi. Aku yang mencurigai hal itu sebagai pertanda buruk, ku tanyakan pada Ajikku apakah di rumah semuanya baik-baik saja. Ia pun memastikan kepadaku bahwa semuanya baik. Dan akupun kembali tenang.

Malam setelah perayaan ulang tahun anaknya Leo, aku tak langsung tidur. Masih mengobrol dengan Ayu adiknya Leo. Jam 00.30 kala aku baru memasuki kamar untuk tidur, telpon berdering. Aku pun keluar kamar agar tak mengganggu dengan suara telponku. Ku lihat bahwa yang menghubungiku adalah sepupuku. 

Aku angkat dan ku dengarkan apa katanya. Disuruhnyalah aku untuk segera pulang. Aku yang keherananan mencoba memastikan apakah itu memang sepupuku dan atas dasar apa ia menyuruhku untuk pulang pada tengah malam. Dengan yakin dan pasti itu adalah benar sepupuku, dan menyatakan bahwa kakakku telah meninggal! 

Sontak aku tak percaya yang ia katakan, bagaimana mungkin aku yang baru tadi masih berkomunikasi dengannya dan ia juga terlihat sehat-sehat saja, karena memang ia tak sakit. 

Aku telpon Ajikku dan memastikan berita ini, ia pun mengatakan hal yang sama. Aku masih tak percaya, aku telpon iparku dan yang berbicara saat itu adalah sodara lainnya yang menyampaikan hal yang sama juga. Ku dengar tangisan iparku dari kajauhan. Aku yang masih tak percaya, ku telpon Ajikku kembali, untuk memastikannya kembali.

Dan ia berita itu memang benar. Saat ini kakakku sudah meninggal dan berada di UGD. Tangisanku pun pecah, membangunkan orang-orang malam itu. Si Bapak pun menghubungi Ajikku untuk memastikannya lagi dan kabar itu memang benar. Aku langsung bersiap dengan mata berlinang air mata ku kendarai motorku. 

Ku tembus dinginnya udara malam itu, dengan harapan sampai di rumah semuanya bisa berubah. Tapi sayang semuanya memang nyata.... 

Ku lihat Ajikku dan sodara lainnya berada di luar ruangan UGD dengan air mata, kami pun berpelukan.... 

Aku yang tak pernah memeluk Ajikku kini kami harus saling menguatkan untuk menerima kenyataan bahwa kakakku telah meninggal. 

Aku pun masuk ke ruang UGD dan ku lihat ia memang telah menutup mata. Ku coba mengobrol dengannya biar dia terbangun, tapi dia telah memutuskan untuk beristirahat. Tak ada kata yang keluar dari mulutku, hanya kebisuan tapi mataku tak mampu menyembunyikannya! 

Air mata terkadang menetes dengan sendirinya kala aku melihat keponakan yang masih kecil yang harus merasakan kehilang seorang ayah. Kenapa semuanya harus terulang kepada keponakanku, kenapa tak cukup kami yang merasakan kehilangan seorang ibu, kenapa mereka juga harus merasakan kehilangan seorang ayah diumur yang masih kecil. 

Entahlah... 

Tak sanggup ku berkata apa, dan memikirkan mengapa semuanya ini terjadi...

Wiwah (panggilanku kepada kakakku) adalah sosok seorang kakak yang baik, tak pernah mengeluh, tak pernah berkata kasar, penyayang, bahkan boleh ku katakan orang-orang lebih senang bergaul dengan kakakku ketimbang aku yang jutek. 

Kenapa dia harus meninggalkan kami secepat ini... Ia yang tak pernah sakit dibandingkan dengan diriku harus menyusul ibu kami secepat ini, diusianya yang menginjak 31 tahun.

Ku katakan dalam hatiku beristirahatlah dengan tenang disana, sampaikan kepada ibu dan adik kita, bahwa aku merindukan kalian semua. Kan ku jaga istri dan anak-anakmu. Kan ku pastikan anak-anakmu tak akan kekurangan apapun disini. Jagalah mereka dari alam sana...

Selamat tinggal Wiwah, suatu saat kita akan berkumpul kembali...

*Bersambung ke judul berikutnya...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun