Mohon tunggu...
Alouette De Bali
Alouette De Bali Mohon Tunggu... Administrasi - Je dis ça je dis rien

La beauté attire l'oeil, Mais la personnalité capture le cœur.....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Suka Dukaku...

19 Februari 2022   17:57 Diperbarui: 19 Februari 2022   18:02 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Malam setelah perayaan ulang tahun anaknya Leo, aku tak langsung tidur. Masih mengobrol dengan Ayu adiknya Leo. Jam 00.30 kala aku baru memasuki kamar untuk tidur, telpon berdering. Aku pun keluar kamar agar tak mengganggu dengan suara telponku. Ku lihat bahwa yang menghubungiku adalah sepupuku. 

Aku angkat dan ku dengarkan apa katanya. Disuruhnyalah aku untuk segera pulang. Aku yang keherananan mencoba memastikan apakah itu memang sepupuku dan atas dasar apa ia menyuruhku untuk pulang pada tengah malam. Dengan yakin dan pasti itu adalah benar sepupuku, dan menyatakan bahwa kakakku telah meninggal! 

Sontak aku tak percaya yang ia katakan, bagaimana mungkin aku yang baru tadi masih berkomunikasi dengannya dan ia juga terlihat sehat-sehat saja, karena memang ia tak sakit. 

Aku telpon Ajikku dan memastikan berita ini, ia pun mengatakan hal yang sama. Aku masih tak percaya, aku telpon iparku dan yang berbicara saat itu adalah sodara lainnya yang menyampaikan hal yang sama juga. Ku dengar tangisan iparku dari kajauhan. Aku yang masih tak percaya, ku telpon Ajikku kembali, untuk memastikannya kembali.

Dan ia berita itu memang benar. Saat ini kakakku sudah meninggal dan berada di UGD. Tangisanku pun pecah, membangunkan orang-orang malam itu. Si Bapak pun menghubungi Ajikku untuk memastikannya lagi dan kabar itu memang benar. Aku langsung bersiap dengan mata berlinang air mata ku kendarai motorku. 

Ku tembus dinginnya udara malam itu, dengan harapan sampai di rumah semuanya bisa berubah. Tapi sayang semuanya memang nyata.... 

Ku lihat Ajikku dan sodara lainnya berada di luar ruangan UGD dengan air mata, kami pun berpelukan.... 

Aku yang tak pernah memeluk Ajikku kini kami harus saling menguatkan untuk menerima kenyataan bahwa kakakku telah meninggal. 

Aku pun masuk ke ruang UGD dan ku lihat ia memang telah menutup mata. Ku coba mengobrol dengannya biar dia terbangun, tapi dia telah memutuskan untuk beristirahat. Tak ada kata yang keluar dari mulutku, hanya kebisuan tapi mataku tak mampu menyembunyikannya! 

Air mata terkadang menetes dengan sendirinya kala aku melihat keponakan yang masih kecil yang harus merasakan kehilang seorang ayah. Kenapa semuanya harus terulang kepada keponakanku, kenapa tak cukup kami yang merasakan kehilangan seorang ibu, kenapa mereka juga harus merasakan kehilangan seorang ayah diumur yang masih kecil. 

Entahlah... 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun