Jes, aku hanya bisa minta maaf. Maaf karena aku harus pergi lebih dulu, maaf karena meninggalkanmu tanpa penjelasan, maaf karena mungkin membuat hatimu teramat sakit, dan maaf karena aku tidak bisa menepati janji kita.
Semuanya berawal dari satu tahun yang lalu ketika kepalaku mulai sakit. Jika kamu sadar, aku pernah tidak masuk sekolah sekitar 2 minggu, waktu itu aku bilang kepadamu pergi liburan dengan keluarga. Sebenarnya aku sakit, dan pergi ke dokter. Dokter mendiagnosis aku menderita kanker otak stadium akhir. Paling-paling hanya bertahan beberapa bulan saja. Jujur waktu itu aku bingung, bukan soal hidupku yang akan segera berakhir, tetapi kamu Jes. Aku sebenarnya tidak rela kalau harus meninggalkan kamu secepat ini.
Aku tidak berdiam diri, segala metode pengobatan aku tempuh, mulai dari metode kedokteran sampai dengan tradisional. Sesekali aku merasakan sakit yang teramat karena obat-obatan itu, dan lagi-lagi kamu yang dapat membuat aku bertahan, bahkan sampai akhir.
Tiga bulan terakhir aku drop, sudah tidak ada harapan lagi, dokter hanya berkata 'bersiaplah'. Jujur aku takut, tetapi manusia pada akhirnya harus pulang juga kan Jes? Seperti yang aku bilang di Ranu Kumbolo, kadang memang lucu hidup itu, kita punya rencana, kita sudah berusaha sekeras mungkin tetapi takdir berkata lain. Takdir juga yang pada akhirnya memisahkan kita.
Waktu itu, aku memilih untuk mengakhiri hubungan kita. Aku tahu hatimu pasti sakit. Tapi aku berharap kamu tidak akan terlalu sedih ketika waktuku tiba. Mungkin itu jahat, tetapi itu jalan yang aku pilih.
Kalau waktunya tiba, ketika kamu membaca surat ini, kemungkinan besar, aku sudah pergi, atau mungkin kamu sedang menatap tubuhku yang sudah kaku.
Jangan menyalahkan dirimu Jes, ini sudah digariskan, yang ada di depan matamu adalah tubuhku, ragaku, bukan jiwaku. Seperti yang pernah aku bilang, sekalipun aku pergi, aku akan tetap mendoakanmu dan menyampaikan pada Tuhan agar memberikan kekasih cantikku ini kebahagiaan.
Jes, jangan larut dalam kesedihan ya, sedih boleh tetapi sebentar saja, jangan lama-lama. Hidupmu harus terus berlanjut, ingat kamu mau menjadi seniman terbaik di dunia. Belajarlah dengan giat, bertemanlah dengan baik, dan aku yakin Tuhan akan memberikan laki-laki yang lebih baik lagi.
Satu hal yang ingin aku sampaikan, bahwa aku sungguh amat mencintaimu, dan perasaanku tidak akan pernah berubah, sampai kapanpun.
Dengan cinta dan kasih sayang,
Wilson.