Malam itu, Jessica jatuh berlutut bersama dengan tangisan dan rintik hujan yang mulai turun. Kesedihan ini pertama kali ia rasakan, membuat Jessica menjadi orang yang kecewa dengan cinta.
Tiga bulan berlalu, malam-malam berat penuh rasa kecewa tak pernah menjadikan hidup Jessica sama lagi. Wilson seperti menghilang tanpa penjelasan, sama seperti keputusannya terhadap Jessica.
Sebentar lagi perkuliahan akan dimulai, Jessica sudah bersiap pindah ke Bali untuk sementara waktu. Dalam hatinya Jessica berharap dengan kepergiannya ke Bali untuk kuliah, hatinya perlahan dapat sembuh dan kembali lagi seperti semula.
Suatu malam menuju kepergiannya, handphone Jessica berdering, tertulis jelas nama Mama Wilson. Sontak jantungnya berdegup cepat, dan ragu mengangkat panggilan tersebut. Di satu sisi Jessica ingin tahu kabar Wilson, tapi di sisi lain hatinya sudah terlanjur sakit.
Akhirnya Jessica memutuskan untuk mengangkat panggilan tersebut.
"Halo, benar ini Jessica?" suara Mama Wilson lirih.
"Iya, tante, ada apa ya?"
"Jes, Wilson udah nggak ada, mohon doanya ya. Tante minta maaf kalo Wilson ada salah sama kamu."
Hati Jessica kembali hancur, "ada apa ini? Semua terasa samar, semua terasa tiba-tiba," ucapnya di alam pikir.
Jessica kemudian langsung meminta alamat di mana Wilson tinggal sekarang, dan menyambangi serta melayat ke rumah itu. Dalam perjalanan, ia berharap semua hanya mimpi, soal hubungannya yang berakhir, dan Wilson yang katanya sudah tidak ada. Ia hanya berdoa semoga ini hanya 'prank'.Â
Tetapi siapa sangka semua adalah kenyataan, ketika Jessica datang, Wilson memang sudah terbujur kaku dengan jas yang rapi di dalam peti. Seketika tangisan Jessica pecah, Mama Wilson yang menyadari kehadiran Jessica segera memeluknya.