Mohon tunggu...
Ponti Almas Karamina
Ponti Almas Karamina Mohon Tunggu... -

try hard to write smart.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perfect Time

13 Oktober 2011   11:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:00 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Obrolan kami terjeda maghrib. Aku buru-buru mengambil waktu untuk sholat dan ingin cepat kembali dalam obrolan yang tak habis-habis dengan Rudi. Sementara Rudi? Jangan ditanyalah, ahahahaaa. Dia menungguku sembari menikmati cokelat dingin pesanannya.

***

Pukul tujuh lewat tiga puluh menit. Aku dan Rudi kompak merasa lapar, dan ia mengajakku makan di Sate Klathak. Tentu saja aku mau. Seumur hidupku di Jogja, aku belum pernah ke sana. Payah sekali aku ini. Kurang gaul sepertinya.

Kami berboncengan ke Jl. Imogiri, dan sampai di sana pukul delapan. Kami langsung memesan menu andalan, Sate Klathak dan teh tubruk gula batu. Oh, plus 1 tongseng balungan untuk dimakan bersama. Kami pun makan dengan lahap. Tak bersisa.

Sembari menikmati teh panas setelah makan, Rudi membuka obrolan serius denganku. Aku sudah tak enak melihat raut wajahnya. Mendadak jantungku berdegup kencang, firasat buruk menyerang. Lalu dia pun mengeluarkan kalimat pertamanya.

“Ras, kamu pikir selama bertahun-tahun ini aku sendiri aja kan? Aku punya pacar, Ras, sejak 1,5 tahun lalu.”

Aku langsung menyahut, “Waaaahh,, kok nggak cerita-cerita sihh.. Udah lama gituuu.. Siapa? Siapa??”

Aku menyambut berita itu dengan ceria. Namun aku sendiri tak yakin, kalau hanya untuk memberitahukan bahwa dia sudah berpacar, mengapa raut wajahnya harus seserius itu, dan berbicara dengan sangat hati-hati.

Lalu Rudi mengeluarkan handphone, dan membuka-buka folder di dalamnya. Kemudian disodorkannya padaku, sembari berkata, “Ini pacarku.”

Seketika aku terdiam. Senyum ceria langsung hilang dari bibirku. Aku membisu. Mataku menatap lekat pria yang ada di layar handphone itu. Perlahan aku mengangkat wajah, menatap mata Rudi.

“Iya, Ras.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun