Mohon tunggu...
Agus Sujarwo
Agus Sujarwo Mohon Tunggu... Guru - Founder Imani Foundation

Founder Imani Foundation

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Merangkai Harapan dari Samanea "The Little Shenzhen" Hill

20 Juni 2024   23:57 Diperbarui: 22 Juni 2024   21:04 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: pupr.bogorkab.go.id

Secara historis-geografis, ada kesamaan mengagumkan tentang keberadaan (Kecamatan) Parungpanjang, Bogor, Jawa Barat.

Pertama, secara historis. Mengacu pada salah satu sumber autentik Sejarah Kota Bogor yang ditulis oleh Saleh Danasasmita (1983), Kota Bogor ditemukan oleh tim ekspedisi Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) sebagai puing yang ditutupi hutan lebat. Salah satu catatan ekspedisi ini ditulis oleh Scipio bahwa pada 1684 Belanda menyetujui perjanjian dengan Banten yang salah satu klausulnya adalah Gunung Salak yang seharusnya menjadi wilayah Banten akhirnya masuk menjadi wilayah VOC (Danasasmita, 1983:6).  Lebih lanjut diterangkan bahwa salah seorang ekspedisi bernama Letna Tanujiwa bersama pasukannya membangun Kampung Baru. J. Faes (1887) di dalam buku De Geschiedenis van Buitenzorg, menuliskan bahwa Tanujiwa adalah orang Sunda dari Sumedang yang berhasil membentuk pasukan pekerja dan mendapat perintah dari Johannes Camphuijs untuk membuka hutan pajajaran yang kemudian menjadi tempat kelahiran Bogor. Tanujiwa pun mendirikan Kampong Parung Panjang, Panarangan, Bantar Jati, Sempur, Baranang Siang, Parung Benteng, dan Cimahpar.

Sampai di sini semoga Anda paham, bahwa seperti yang Danasasmita tuliskan, Parungpanjang malah tidak sekadar masuk di dalam daftar, ia bahkan berada di peringkat pertama dalam daftar dari kampong-kampong yang membentuk cikal bakal berdirinya Kota Hujan "Buitenzorg" Bogor.

Kedua, secara geografis. Sebagaimana dilansir oleh lembaga resmi Pemerintah Kabupaten Bogor melalui bogorkab.go.id, Parungpanjang berbatasan wilayah administratif berikut. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Tenjo. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Cigudeg. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Ciseeng. Dan sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Legok. Jika Kecamatan Tenjo, Kecamatan Cigudeg, dan Kecamatan Ciseeng berada di dalam wilayah administratif Kabupaten Bogor, maka hanya Kecamatan Legok yang berada di dalam wilayah administratif Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.

Sampai di sini semoga Anda paham, bahwa Parungpanjang tidak sekadar gerbang atau serambi antarkabupaten, yakni antara Kabupaten Tangerang dan Kabupateng Bogor, tidak tanggung-tanggung Parungpanjang dengan demikian adalah serambi terdepan perbatasan yang menghubungkan dua provinsi utama di Pulau Jawa, yakni antara Provinsi Banten dan Provinsi Jawa Barat.

Sungguh bahwa awalnya seperti sulit untuk dipercaya, jika kemudian saya kaitkan dengan apa yang pernah diucapkan oleh Master Shifu dalam film epik legendaris Kungfu Panda, "There is no coincidences in this world." Ya, tidak ada yang namanya kebetulan. Parungpanjang "hanyalah" sisi kecil Tanah Pasundan, atau dalam lingkung yang lebih luas adalah bagian kecil negara Indonesia. Pun demikian halnya dengan Shenzhen yang juga "hanyalah" sisi kecil Guangdong, atau dalam lingkung yang lebih luas adalah bagian kecil negara Tiongkok.     

Lantas, apa yang menyamakan (dan saya sangat yakin bahwa pada akhirnya ini bukanlah sebuah kebetulan) antara Parungpanjang dan Shenzhen? Parungpanjang berbatasan dengan tiga wilayah administratif yang ketiganya masih berada di dalam kabupaten yang sama, yakni Kabupaten Bogor dan menyisakan satu wilayah administratif yang berada di luar Kabupaten Bogor, yakni Kecamatan Legok yang berada di Kabupaten Tangerang. Lalu Shenzhen yang berbatasan dengan (lagi-lagi) tiga wilayah administratif --- Dongguan di utara, Huizhou di timur laut, dan Makau di barat daya --- yang ketiganya masih berada di negara yang sama, yakni Tiongkok dan menyisakan satu wilayah administratif, yakni Hongkong, yang meskipun masih menjadi bagian dari Tiongkok, namun ia telah memiliki kebijakan unifikasi nasional "satu negara dua sistem" sebagaimana yang dikembangkan oleh sang pemimpin Tiongkok Deng Xiaoping.

Parungpanjang adalah garda terdepan --- tidak sekadar pintu masuk antarkabupaten tetapi lebih dari itu juga adalah pintu masuk antarprovinsi --- seperti halnya Shenzhen yang juga menjadi garda terdepan bahkan pintu masuk antarnegara, yakni Republik Tiongkok dan Hongkong. Maka, kemudian bicara Parungpanjang juga bicara tentang Bogor yang merupakan induk semang dari keberadaan Parungpanjang.

Secara etimologi, penamaan Bogor tidak lepas dari cerita yang pernah penulis sampaikan sebelumnya. Kota yang pernah berpenghuni sebanyak 48.271 jiwa ini ditemukan kembali sebagai "puing-puing" yang diselimuti hutan tua oleh ekspedisi yang dilakukan oleh VOC. Ekspedisi itu dilakukan berturut-turut oleh Spicio (1687), Adilf Winkler (1690), dan Abraham van Riebeck (1703). Berkat ekspedisi-ekspedisi ini, kota yang hilang hampir seabad lamanya ini mulai bertunas kembali dan menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Eskpedisi Spicio, yang tugas awalnya mengenal wilayah, kemudian disertai dengan pasukan pekerja (werktroep) kompeni di bawah komando Letnan Tanujiwa untuk membuka daerah pedalaman dan perladangan.

Tanujiwa, yang mendapat perintah dari Johannes Camphuijs untuk membuka Hutan Pajajaran, akhirnya mendirikan Kampung Baru. Kampung Baru ini merupakan pusat pemerintahan bagi kampung-kampung yang kemudian dibuka setelahnya. Hingga kemudian pada 1745 Kampung Baru ini resmi menjadi kabupaten di bawah pimpinan seorang bupati dengan gelar demang. Maka, eksistensi Kampung Baru ini semakin mendapat posisi setelah Gubernur Jenderal Gustaaf W. van Imhoff (1743- 1750) menjadikan salah satu daerah di wilayah itu sebagai tempat peristirahatan. Gustaaf W. van Imhoff memilih tempat tesebut karena basis ekologisnya yang sangat kondusif; pemandangan alam yang memesona, tanah yang subur, iklim yang sejuk, serta letak geografis yang strategis. Gedung yang dibangun sebagai tempat peristirahatan serta pertamanan dan lingkungan di seputarnya oleh van Imhoff pun kemudian diberi nama "Buitenzorg", yang secara harfiah berarti "tanpa urusan". Yang kemudian jika dikaitkan dengan nama Kota Bogor bermakna 'kota tanpa banyak urusan, kota yang penuh ketenangan dan tanpa kecemasan, kota yang nyaman'."

Pertanyaan yang layak untuk diungkapkan kemudian adalah, "Benarkah Bogor atau Buitenzorg ini sudah selaras antara nama yang disematkan dan kenyataan yang ditemukan?" Dan kembali ke sisi historis Bogor yang bermula dari sebuah Kampung Baru yang dikelilingi oleh kampung-kampung di sekitarnya, maka bicara Bogor juga seharusnya bicara tentang kampung-kampung --- saat ini berbentuk kelurahan-kelurahan dan kecamatan-kecamatan --- yang juga berada di dalam wilayah administratif Kota Bogor. Sederhananya adalah, jika Bogor kemudian berarti kota tanpa kecemasan, maka itu berarti dari sebelah utara hingga ke selatan Bogor, juga dari sebelah barat hingga ke timur Bogor, sepatutnya juga mencerminkan karakter kota tanpa kecemasan ini. Tidak tepat jika kemudian misalnya Bogor begitu kilau di sisi utara namun terlihat kumuh dan kusam di sisi selatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun