Perihal berpuasa tidak hanya membangun relasi dengan Tuhan tetapi juga dengan sesama. Membuka hati untuk menerima orang lain dalam kekuarangannya dan segala "keberdosaannya" merupakan suatu keharusan agar manusia benar-benar membuka hati kepada Tuhan.Â
Sang Guru berkata, "bagaimana mungkin kamu berkata kamu mengasihi Aku yang tidak kelihatan sementara kamu membenci saudaramu yang ada di sekitarmu yang dapat dilihat?"Â
Pernyataan ini jelas bahwa manusia tidak mungkin berkata ia mengasihi Tuhan tetapi dalam saat yang sama ia menaruh dendam terhadap saudaranya, bahkan berniat untuk membunuhnya.Â
Mengasihi Tuhan yang tidak kelihatan mengandaikan mengasihi, menerima saudara yang kelihatan. Emanuel Levinas mengatakan bahwa Yang Lain yang hadir dalam keberlainannya, yang ditampakan melalui wajah yang telanjang mampu mengindikasikan kehadiaran dari Yang Tidak Terbatas. Levinas menyebutnya dengan istilah enigma wajah.
Semoga melalui puasa dan pantang kita diajak untuk menelaah kembali ke dalam hati kita untuk membangun kembali relasi dengan Tuhan melalui alam semesta dan sesama manusia.Â
Melalui cara ini kita dapat menjalankan puasa dengan hikmat, dengan sungguh-sungguh tanpa ditutupi topeng kemunafikan dan pencitraan belaka agar kefitrian atau kesucian diri dapat tercapai, sehingga kelak kita dapat menjadi manusia yang baru di dalam kasih terhadap Tuhan, diri sendiri, sesama, dan alam semesta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H