Mohon tunggu...
Allen Rangga
Allen Rangga Mohon Tunggu... Guru - Unity in Diversity

Saya, Albertus Rhangga. Biasa dipanggil Allen. Kalian mungkin bertanya mengapa saya dipanggil Allen? heheh, Ya, itulah saya, dengan nama yang unik, yang menggambarkan keunikan saya sebagai pribadi. Saya tertarik pada hal-hal yang berkaitan dengan politik, sosial-budaya, olahraga, dan tentu sesuatu yang bernuansa filosofis. Selain itu, saya suka membaca, menulis, bermusik, dan berolahraga. Bagi saya, tubuh yang sehat adalah pancaran jiwa yang sehat. Maka, berolahraga, bermusik, menulis dan membaca adalah cara yang ampuh untuk menjaga tubuh agar tetap sehat sekaligus penanda jiwa yang sehat pula.

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Puasa: Melihat Hati, Membangun Kasih

13 April 2021   20:41 Diperbarui: 13 April 2021   20:45 564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Suara adzan sore hari ini terdengar begitu merdu. Sang "peziarah" sedang melantunkan alunan doa yang begitu indah sembari menengadah mata-hati menuju Sang Khalik. 

Jujur, saya tidak memahami apa isi doa itu, tetapi saya yakin sang "peziarah" sedang mengucap syukur atas segala nikmat hidup yang diberikan Tuhan.  

Alunan doa yang merdu itu menyadarkan saya bahwa hari ini (Selasa, 13 April 2021) adalah hari pertama bagi saudara/I-ku yang beragama Islam memulai peziarahan rohani yang diawali sejak tadi pagi.

Beberapa hari yang lalu, tepatnya, hari Minggu, 3 April 2021 umat Kristiani di seluruh dunia merayakan hari kemenangan jaya. Kristus, Allah yang menjelma dalam rupa manusia memperlihatkan kemahakuasaan-Nya melalui kebangkitan setelah Ia melewati masa-masa disiksa, disalib, ditombak sampai mati, dan akhirnya bangkit. 

Akan tetapi, sebelum merayakan hari kebangkitan Tuhan tersebut umat Kristiani selama 40 hari melakukan suatu periode penting untuk menyambut paskah yaitu masa pantang dan puasa.

Berpuasa merupakan suatu momen penting dalam ritus keagamaan. Hampir semua agama menempatkan puasa sebagai waktu yang special bagi para pengikutnya. 

Dalam praktik agama-agama besar, secara khusus agama samawi, tindakan berpuasa atau berpantang biasanya dilakukan atau wajib dijalani sebelum memasuki suatu tahap yang sangat penting bagi jemaat tersebut yang dianggap sebagai hari kemenangan atau hari kelahiran kembali menjadi manusia yang baru. 

Dalam tradisi gereja Katholik diakui bahwa apabila manusia mampu melakukan puasa dan pantang dengan baik maka pada saat kebangkitan Tuhan (peristiwa Paskah) mereka (baca: manusia) dibangkitan bersama Kristus atas dosa dan maut. 

Puasa sebagai momen menanggalkan kemanusiaan lama dan berproses menjadi manusia baru dalam kebangkitan Tuhan. Sama halnya dengan tradisi puasa dalam Islam. Setelah melewati masa puasa selama 30 hari maka manusia diakui telah dilahirkan menjadi manusia yang suci, yang fitri.

Pada kesempatan ini saya ingin berbagi pandangan pribadi terkait tindakan berpuasa atau berpantang. Pada dasarnya berpuasa dan berpantang itu memiliki kemiripan makna, maka saya tidak ingin membuat suatu distingsi mengenai kedua kata itu. 

Kedua kata tersebut dapat didefinisikan sebagai tindakan manusia penuh sadar untuk mengontrol segala tingkah lakunya, baik secara perbuatan maupun perkataan yang berpotensi menghancurkan dirinya sendiri, orang lain dan juga Tuhan. 

Lebih jelasnya, berpuasa adalah cara manusia untuk berhenti sejenak dari segala perbuatan atau tingkah laku yang tidak baik, dan melakukan olah bathin untuk membangun kembali relasi yang baik terhadap diri sendiri, sesama, lingkungan, dan penciptanya. Mengapa manusia (orang beragama) berpuasa pada saat-saat tertentu saja seperti yang diperintahkan dalam ajaran agama? 

Apakah tindakan berpuasa itu hanya berkaitan dengan ritual dari suatu agama? Saya ingin menekankan bahwa berpuasa atau berpantang itu sebenarnya adalah momen introspeksi diri untuk membangun kembali suatu relasi, dan tindakan tersebut sebenarnya dapat dilakukan kapan saja sesuai dengan kebutuhan jasmani dan rohani manusia tersebut.

Hanya saja agama telah mengkonstitusikan puasa dalam waktu tertentu agar komunitas umat beriman dapat menjalankannya secara bersama-sama.

Kita patut bersyukur bahwa melalui agama manusia diberi kesempatan untuk berpuasa. Berikut ini saya ingin mengemukakan bahwa perihal puasa memiliki dimensi jasmaniah dan rohaniah yang dapat diperoleh bagi mereka yang berniat untuk berpuasa. 

Hasil akhir dari berpuasa tidak hanya menyangkut hubungan manusia secara personal dengan Tuhannya, tetapi juga dengan dirinya sendiri, sesamanya, lingkungan, dan juga Tuhan.

Puasa sebagai kesempatan untuk membangun kembali relasi dengan Tuhan. Semua agama mengakui bahwa dengan berpuasa manusia dapat memulihakan kembali relasi dengan Tuhan. Dalam pandangan agama dikatakan bahwa manusia jatuh dalam dosa atau berbuat dosa, serta melanggar segala perintah dan larangan Tuhan. 

Akibat dosa hubungan manusia dan Tuhan menjadi renggang dan jauh tetapi tidak putus. Momen berpuasa dapat dilihat sebagai mengencangkan kembali tali antara manusia dan Tuhan agar melaluinya hubungan yang baik atau pemulihan hubungan manusia dengan Tuhan dapat terjadi. 

Adapun pemulihan disini tidak semata-mata usaha manusia melainkan Allah yang dengan kelimpahan kasih-Nya mau menerima kembali manusia yang bertobat.

Dalam gambaran injil, kerahiman Allah itu seperti seorang Ayah yang berlari dan menyongsong anaknya, lalu memeluk anak tersebut. Padahal anak tersebut telah menghamburkan harta kekayaan ayahnya di tanah rantauan. Namun sang Ayah tidak mempersoalkan seberapa banyak harta kekayaan yang telah dihamburkan sang anak itu. Yang diutamakan dari sang Ayah ialah bahwa anaknya telah kembali. Bertobat!

Bagaimana kita memahami puasa sebagai kesempatan membangun relasi dengan diri sendiri? Hanya ada satu cara untuk membangun relasi dengan diri sendiri, yaitu ketika manusia mampu introspeksi diri. Introspeksi diri dapat terjadi bila manusia mau melihat ke kedalaman dirinya sendiri yakni menyelami hatinya sendiri. 

Proses introspeksi diri mengandaikan manusia membiarkan dirinya hadir apa adanya, tanpa usaha untuk menyangkal kehadiran diri yang asli tersebut. Hanya dengan melihat ke dalam hati atau proses masuk ke kedalaman hati manusia mampu menemukan kembali dirinya yang sesungguhnya. 

Sebelum masa puasa manusia disibukkan dengan berbagai urusan "duniawi" yang dapat memperburuk relasi dengan Tuhan dan juga dengan dirinya sendiri. 

Jadi berpuasa adalah saat dimana manusia sejenak berhenti dari perbuatan-perbuatan yang menghalangi dia untuk menemukan dirinya yang sesungguhnya. Dengan mengenal dirinya sendiri manusia dapat membangun relasi yang baik dengan Tuhan, sesama, serta alam semesta.

Dewasa ini banyak sekali kerusakan lingkungan yang merupakan ulah manusia. Hutan dibakar, pohon ditebang dan tanpa ada usaha untuk menanam kembali. 

Jalur sungai dikuasai oleh manusia dan dijadikan sebagai lahan permukiman warga. Perilaku buruk manusia yang membuang sampah sembarangan pada akhirnya menimbulkan polusi udara, dan lain-lain. Banyak sekali contoh yang dapat kita jumpai dimana manusia harus bertanggung jawab atas segala kerusakan alam yang terjadi selama ini. 

Manusia dengan rakus mengeksplorasi alam demi meraih keuntungan sebesar-besarnya tanpa ada usaha untuk memulihkan, dan merawat alam agar keseimbangannya tetap terjaga. 

Semoga dari berbagai kejadian bencana alam akhir-akhir ini menyadarkan manusia bahwa kita harus berbenah selagi masih diberi waktu, demikian kata penyanyi Ebiet G Ade.

Perilaku manusia yang memperkosa alam demi mendapat keuntungan yang banyak merupakan dosa ekologis. Alam diberikan Tuhan kepada manusia agar manusia dapat hidup dan memuliakan Allah. 

Merusak alam sama saja mengingkari kemahakuasaan Allah yang menjadikan alam untuk manusia. Jadi manusia harus bertobat secara ekologis. Manusia harus merawat kembali alam yang telah rusak.

Satu hal yang juga sangat penting dan harus diutarakan disini. Puasa tidak hanya memiliki dimensi personal manusia dengan Tuhan tetapi juga mempunyai dimensi sosial. 

Manusia melalui dimensi sosial menyadari bahwa ia tidak dapat hidup tanpa campur tangan orang lain. Kehadiran seorang pribadi berkaitan erat dengan kehadiran orang lain. 

Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali masalah-masalah yang muncul karena kesalahpahaman dan miskomunikasi. Tidak jarang bahwa kesalahpahaman tersebut seringkali melahirkan konflik besar, bahkan berujung pada kekerasan.

Perihal berpuasa tidak hanya membangun relasi dengan Tuhan tetapi juga dengan sesama. Membuka hati untuk menerima orang lain dalam kekuarangannya dan segala "keberdosaannya" merupakan suatu keharusan agar manusia benar-benar membuka hati kepada Tuhan. 

Sang Guru berkata, "bagaimana mungkin kamu berkata kamu mengasihi Aku yang tidak kelihatan sementara kamu membenci saudaramu yang ada di sekitarmu yang dapat dilihat?" 

Pernyataan ini jelas bahwa manusia tidak mungkin berkata ia mengasihi Tuhan tetapi dalam saat yang sama ia menaruh dendam terhadap saudaranya, bahkan berniat untuk membunuhnya. 

Mengasihi Tuhan yang tidak kelihatan mengandaikan mengasihi, menerima saudara yang kelihatan. Emanuel Levinas mengatakan bahwa Yang Lain yang hadir dalam keberlainannya, yang ditampakan melalui wajah yang telanjang mampu mengindikasikan kehadiaran dari Yang Tidak Terbatas. Levinas menyebutnya dengan istilah enigma wajah.

Semoga melalui puasa dan pantang kita diajak untuk menelaah kembali ke dalam hati kita untuk membangun kembali relasi dengan Tuhan melalui alam semesta dan sesama manusia. 

Melalui cara ini kita dapat menjalankan puasa dengan hikmat, dengan sungguh-sungguh tanpa ditutupi topeng kemunafikan dan pencitraan belaka agar kefitrian atau kesucian diri dapat tercapai, sehingga kelak kita dapat menjadi manusia yang baru di dalam kasih terhadap Tuhan, diri sendiri, sesama, dan alam semesta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun