Mohon tunggu...
Aldy M. Aripin
Aldy M. Aripin Mohon Tunggu... Administrasi - Pengembara

Suami dari seorang istri, ayah dari dua orang anak dan eyang dari tiga orang putu. Blog Pribadi : www.personfield.web.id

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

[Mudasiana] Do Your Best

29 Oktober 2015   20:41 Diperbarui: 1 November 2015   22:28 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada musim libur sekolah, saya selalu ketempat kakek dan nenek, karena disana selalu ada lowongan kerja untuk anak seusia saya.  Pernah sekali waktu, saya ikut menjadi kuli cangkul, kakek  melarang, tapi karena tergoda gaji yang besar saya nekat, lagi pula postur saya bongsor, tapi akhirnya saya harus mengakui larangan kakek benar, pada hari ke empat belas, saya diberhentikan, dan malunya masih terasa sampai sekarang, karena cara memberhentikannya sangat kasar, saya dikatai tidak becus, merugikan, dan besoknya disarankan pakai rok.

Kata-kata pemilik usaha itu terus terngiang-ngiang dan membuat mental saya down, tiga hari saya tidak menampakkan diri setelah diberhentikan.

 

Gagal Masuk Sekolah Tehnik Menengah (STM)

Sejak kecil saya menyukai desain, khususnya desain bangunan, bahkan ketika tamat SD saya sudah meminta agar sekolahkan di Sekolah Tehnik Pertukangan (ST) yang ada di Desa Sungai Putih, Kelansam, tapi lagi-lagi karena alasan di asrama dan usia masih terlalu muda saya tidak diijinkan sekolah disana.  Harapan saya membuncah ketika tamat SMP, berharap bisa melanjutkan ke STM (Sekolah Tehnik Menengah) yang ada di Pontianak, karena di Pontianak ada paman dan salah satu putranya sekolah di STM, tapi lagi-lagi karena alasan anak-anak STM suka berantem dan saya, menurut orang tua tergolong anak yang nakal (padahal menurut saya sendiri, saya orang cukup kalem dan alasan sesungguhnya adalah lagi-lagi biaya).

Tidak berhasil masuk STM, pilihan akhirnya saya jatuhkan ke Sekolam Menengah Ekonomi Menengah Atas (SMEA) dengan harapan setelah tamat bisa langsung mencari kerja.

 

Gagal Kuliah

Keterbatasan ekonomi orang tua, memaksa saya menekan kuat kuat keinginan untuk bisa kuliah.  Saya sadar, pendapatan orang tua tidak akan mencukupi untuk membiayai saya kuliah (mereka menginginkan saya kuliah), agar tidak mengecewakan orang tua, saya ikut UMPTN (Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri) dan alhamdullilah saya dinyatakan tidak lulus, padahal dua teman yang mencontoh jawaban saya seratus persen sama justru lulus.

Padahal, setelah lulus SMEA, saya mengalihkan keinginan untuk menjadi guru, tapi pendaftaran di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Untan (FKIP), tidak berhasil saya gapai, walaupun lulus pada pilihan kedua Program Diploma II PMP, saya memutuskan untuk tidak mengambil peluang tersebut.

Akhirnya saya mendaftar di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (dulunya Akademi Akuntansi Pontianak), walau dinyatakan lulus, saya harus gigit jari, biaya yang dibutuhkan sangat tidak mungkin bisa saya penuhi, akhirnya saya putuskan untuk meninggalkan lagi peluang kedua tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun