"Tapi nanti harus sudah siap, jam setengah tujuh pagi, ya?" pintaku.
"Hehehe, liat nanti ya, Kak." canda Rahmat.
"Nah, sekarang kamu habisin dulu makanannya, setelah selesai kamu harus tidur. Ok?"
"Yoi, Kak." Jawab Rahmat logat orang kota.
Makan malam kami lanjutkan. Sesudah makan malam, Rahmat membantuku untuk mencuci piring. Saat menjelang tidur kami berdua sikat gigi bersama.
Malampun semakin larut, Rahmat mengantuk dan tertidur pulas. Aku memandangi muka Rahmat sangat bersih yang memiliki sifat tegar dalam menghadapi cobaan. Patutkah diriku yang berumur tiga puluh tahun, untuk belajar dari Rahmat. Semoga Rahmat dijadikan sebuah rahmat dari Tuhan kepada umat manusia kelak. Amin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H