Menurut ahli bernama Sakjoyo dan Pujiwati Sakjoyo gotong royong merupakan adat istiadat tolong-menolong antara warga dalam berbagai macam lapangan aktivitas sosial, baik berdasarkan hubungan tetangga kekerabatan yang berdasarkan efisien yang sifatnya praktis dan ada pula aktivitas kerja sama yang lain. Dengan adanya budaya ini menjadikan setiap lapisan masyarakat saling menghargai dan membantu antara satu dengan yang lainnya.
5. Rasa ingin bersatu
Semangat persatuan dan kesatuan demi Indonesia yang lebih baik juga menjadi faktor pendorong integrasi nasional. Rasa persatuan dan kesatuan menyatukan seluruh masyarakat dalam mewujudkan Indonesia yang maju, aman, dan tentram.
2.12 Â Â Penghambat Integrasi BangsaÂ
1. Masyarakat Indonesia yang beragam
Karena keberagaman yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia ini, ini menjadi salah satu faktor yang menghambat dalam integrasi nasional karena adanya perbedaan antara suku,ras, budaya, adat juga agama hal ini yang menyebabkan terhambatnya integrasi nasional.Contoh : konflik antar suku Dayak dan Madura yang terjadi di Kota Sampit, Kalimantan Tengah yang akhirnya berkembang menjadi kerusuhan antarsuku, nah ini yang menjadi penghambat jika dalam suatu Negara saja karena keberagamannya tidak bisa damai maka integrasi nasionalnya pun tidak bisa dicapai.
2. Tergerusnya budaya asli
Memang sebuah westernisasi bukan hal yang buruk jika dalam filterisasinya baik dan terkendali, namun jika dalam hal filterisasinya saja sudah gagal maka westernisasi lambat laun akan menggerus dan menghapus budaya asli yang di miliki oleh Negara, yang nantinya akan berakibat dalam integrasi nasional dimana westernisasi yang menjadi penghambatnya.
3. Kuatnya sebuah paham etnosentrisme
Dikutip dari Oxford Bibbliographies, etnosentrisme adalah kecenderungan melihat dunia hanya melalui sudut pandang kelompoknya sendiri. Etnosentrisme juga biasanya disertai dengan sikap serta pandangan meremehkan masyarakat lain. Hal ini dapat mengahambat adanya integrasi nasional. Contoh : Penggunaan koteka bagi laki-laki dewasa di Papua. Bagi masyarakat non Papua pedalaman, penggunaan koteka mungkin merupakan hal yang memalukan. Namun bagi masyarakat pedalaman Papua, menggunakan koteka sebagai penutup kelamin mereka adalah hal wajar dan menjadi kebanggaan tersendiri.
4. Wilayah yang luas