Mohon tunggu...
Ali Usman
Ali Usman Mohon Tunggu... Jurnalis televisi -

Pernah bekerja untuk koran Merdeka, IndoPos, Radar Bekasi, Harian Pelita, Majalah Maestro, Harian ProGol, Tribunnews.com (Kelompok Kompas Gramedia), Vivanews.com, kini di TVRI nasional. * IG aliushine * twitter @kucing2belang * line aliushine * blog www.aliushine.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Lelaki dan Proxima Centauri

6 Oktober 2016   08:55 Diperbarui: 6 Oktober 2016   17:38 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rafa menghela napas. Ia tak tahu harus berkata apa. Voyager XV20500 terus bergerak cepat menuju planet Proxima B287X. Seharusnya mereka bisa selamat dari ancaman asteroid jika melihat perkiraan waktu kedatangan pecahan asteroid itu. Suasana di dalam pesawat masih mencekam. Dua lelaki itu terus bermain dengan pikiran masing-masing.

Voyager XV20500 hampir mendekati lapisan atmosfer. Dari pesawat, Rafa melihat planet itu dengan penuh tanda tanya. Proxima B287X terlihat berwarna kemerahan seperti senja di akhir musim semi. Rafa menghela napas. Ini semua di luar rencana mereka. Di atas langit gelap tak berujung ini, manusia hanyalah setitik debu kecil diantara besarnya ruang lingkup alam semesta.

Rafa dan lelaki di sebelahnya hanya bisa menunggu pasrah. Mereka telah mengkondisikan agar pesawat melesat dengan maksimal. Sabuk pengaman telah dikencangkan. Voyager XV20500 terlihat melesat menuju atmosfer Proxima B287X dengan kecepatan penuh. Di belakangnya, belasan pecahan asteroid mulai berhamburan. Gerakan asteroid itu tidak searah. Tak jarang asteroid itu kembali saling bertumbukan satu sama lain.

Rafa melihat ke luar jendela dengan hati cemas. Kapten Marshall bahkan terlihat lebih cemas ketimbang lelaki itu. Ia sudah beberapa kali menyaksikan fenomena berbahaya di luar atmosfer bumi. Tapi kali ini, ia bertemu dengan hujan asteroid yang berada jauh di luar kampung halaman gugusan Tata Surya. Lelaki itu sepertinya hanya bisa pasrah menunggu nasib.

"Kita tak punya pilihan. Semoga Tuhan mengampuni kita. Mereka datang lebih cepat dari dugaanku." Kapten Marshall menoleh ke arah Rafa. Nampaknya lelaki itu sudah benar-benar pasrah dengan nasibnya.

Rafa hanya bisa menelan ludah. Dia tak mampu berkata apapun. Sama seperti seniornya, ia hanya bisa pasrah menyaksikan hujan asteroid lewat jendela pesawatnya. Sejauh ini tidak ada satupun yang mengenai badan pesawat mereka. Rafa menarik napas panjang. Tapi tiba-tiba pesawat mereka terguncang dengan hebat. Satu bongkahan besar asteroid Silicaceous yang 90 persen bermaterialkan batu telah mengenai Voyager XV20500.

Pesawat mereka berputar-putar tanpa arah. Bongkahan asteroid batu itu malah mendorong Voyager XV20500 jauh ke tengah lintasan hujan asteroid yang lebih berbahaya. Kondisi di dalam kabin kini berubah lebih tegang. Alarm tanda bahaya menyala di beberapa panel, menandakan adanya kerusakan di beberapa bagian pesawat. Rafa dan Kapten Marshall mencoba melakukan apa yang mereka bisa lakukan.

"Bagian belakang pesawat hancur terbakar. Kita tidak bisa menggerakan pesawat tanpa melepaskan bagian yang rusak itu. Panel penghubung otomatis rusak. Harus dilepas dengan cara manual," Kapten Marshall berteriak ke arah Rafa. Lelaki itu hanya bisa memandang kosong ke arah Kapten Marshall. Ia tak mungkin keluar pesawat di tengah kondisi seperti ini.

Kapten Marshall masih menunggu reaksi Rafa. Lelaki itu tahu juniornya tak cukup bernyali melakukan misi berbahaya itu. Segera ia melepaskan sabuk pengaman dan bersiap keluar pesawat. Tapi Rafa lebih cepat bergerak. Lelaki itu meminta Kapten Marshall tetap di tempat. Beberapa saat keduanya hanya saling memandang. Entah apa yang mereka pikirkan.

"Godspeed.." suara Kapten Marshall tercekat di kerongkongan. Ia tak sampai hati melihat Rafa harus keluar Voyager XV20500. Resikonya sangat besar. Bahkan mungkin ia akan kehilangan juniornya di ruang tanpa batas ini. Kapten Marshall sepintas melihat Rafa meraih panel peluncur. Hanya sepintas. Lelaki itu kemudian sudah melayang di luar pesawat. Di tengah hujan asteroid.

Rafa melayang mendekati buritan pesawat. Beberapa kali ia merasa jantungnya mau lepas saat menghindari bongkahan-bongkahan asteroid. Lelaki itu akhirnya bisa berada di buritan Voyager XV20500. Rafa mengkaitkan MMU ke salah satu panel di bagian buritan. Ia harus cepat melepas bagian yang terbakar dari badan pesawat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun