Segera Rafa bergerak mundur. Dorongan tenaga yang keluar dari lubang-lubang kecil MMU perlahan membawa Rafa menjauhi Cassini. Di luar pakaian astronot, kondisinya sangat-sangat hening. Tidak ada satupun partikel yang bergerak. Rafa tidak bisa merasakan apapun dari MMU. Tapi ia harus cepat kembali ke Voyager XV20500. Ia tidak tahu benda apa yang tengah melaju dengan cepat ke arah mereka.
Ia melirik ke arah petunjuk waktu di dalam helmnya. Satu jam waktu bumi. Itu artinya ia harus cepat masuk pesawat dan bergerak ke luar orbit mereka saat ini. Dalam sebuah misi, para astronot ini tetap membawa jam, dan menjadikan waktu bumi sebagai patokan waktu mereka. Itu membuat mereka bisa memperkirakan lamanya pekerjaan mereka, atau memperkirakan kecepatan sesuatu.
Rafa masih berputar melayang mendekati Voyager XV20500. Rasa penasaran akan Cassini kini berganti menjadi kecemasan. Dalam misi ini, tidak ada yang tahu persis bahaya apa yang akan ditemui di wilayah orbit ini. Jarak Bumi dengan gugusan Proxima Centauri sendiri sekitar 40 triliun kilometer.Dan mereka kini mengorbit di luar atmosfer Proxima B287X.Salah satu planet di gugusan Proxima Centauri.
Kapten Marshall kembali memanggil Rafa. Voyager XV20500 mendapat informasi dari pusat kontrol bumi. Sebuah tumbukan asteroid telah terjadi di dekat mereka. Satu asteroid logam yang datang dari sistem Bintang Ganda Alpha Centauri melintas gugusan Proxima Centauri dan menabrak asteroid silicaceous. Saat ini, pecahan bongkahan asteroid yang bertubrukan itu tengah berhamburan menuju tempat mereka.
Rafa berusaha cepat untuk bisa sampai Voyager XV20500. Ia sudah dua puluh menit bergerak ke pesawat. Rafa mulai terlihat resah.Ia mulai kesal sendiri. Kenapa informasi dari pusat kontrol di bumi sangat mendadak dan datang terlambat. Satu jam waktu bumi bisa berarti sangat fatal di luar angkasa sana. Tidak ada yang bisa memperkirakan kecepatan sebenarnya dari meteoroid pecahan asteroid itu jika sudah masuk sistem gugusan lain. Rafa berusaha menggapai pesawat. Ia harus cepat masuk Voyager XV20500.
Di dalam Voyager XV20500, Kapten Marshall memberi komando untuk segera meninggalkan orbit. Rafa tahu betul, mereka tidak akan bisa menghindari meteoroid itu dengan sisa waktu hanya setengah jam waktu bumi. Rafa mengatupkan rahangnya. Merapatkan gigi atas dan gigi bawahnya. Lelaki itu terlihat mulai panik. Sementara Kapten Marshall beberapa kali menghubungi pusat kontrol di bumi. Meminta petunjuk secepatnya, kemana mereka harus bergerak.
Tak jauh dari lokasi itu, Belasan bahkan mungkin puluhan bongkahan asteroid tengah menuju atmosfer Proxima B287X. Ukuran asteroid itu beragam. Tapi tetap saja, ukuran terkecil bongkahan batu purba yang tertinggal saat planet tercipta itu bisa dengan mudah menghancurkan pesawat luar angkasa.
Kebanyakan asteroid di satu gugusan bintang biasanya mengorbit pada sabuk panjang diantara satu planet dan planet lainnya.
Asteroid besar kadang saling bertabrakan dan pecah menjadi bongkahan kecil. Daya dorong tersebut mampu membuat asteroid melesat keluar dari orbitnya. Jika melewati atmosfer, asteroid akan mengalami gesekan dan terbakar. Sehingga dari kejauhan, asteroid tersebut akan terlihat menyala.
Rafa melihat ke arah Kapten Marshall. Saat ini ia sama sekali tidak tahu harus berbuat apa. Sorot mata Kapten Marshall kemudian menyuruhnya untuk tenang. Masih ada setengah jam bagi mereka untuk menghindari hujan asteroid. Rafa menghela napas.Jarak terdekat bagi mereka untuk bisa bertahan adalah dengan menuju stasiun luar angkasa di gugusan Tata Surya. Di sana mereka bisa sekalian mengisi segala perlengkapan, termasuk oksigen dan bahan bakar.
Tapi misi mereka belum selesai. Mereka belum melaporkan kondisi Cassini secara utuh. Mereka harus tetap berada tak jauh dari bangkai pesawat luar angkasa itu. Dua astronot dalam pesawat penjelajah itu lantas memutuskan untuk memilih opsi lain. Masuk ke dalam atmosfer planet Proxima B287X dengan segala resikonya.
Nasa mengonfirmasi keberadaan Proxima B287X sebagai planet bebatuan seperti Bumi. Identifikasi planet tersebut dimungkinkan berkat sebuah perangkat canggih bernama Kepler N409. Wahana antariksa pemburu planet, yang mencari planet baru dengan metode transit dengan lebih dulu melihat kedipan cahaya bintang sebagai tanda adanya planet.