6. Teori Kebenaran Semantis
Teori ini kebanyakan dianut dan berkembang di kalangan filsuf analatika bahasa. Kebenaran menurut faham ini adalah suatu proposisi dibilai benar ditinju dari segi arti atau makna, apakah proposisi yang merupakan pangkal tumpunya itu mempunyai refrensi yang jelas. Artinya teori ini bertugas untuk mengungkap ke sahihan proposisi dalam refrensinya. Pernyataan yang mengandung kebenaran adalah pernyataan yang memiliki arti atau makna yang sesungguhnya dengan merujuk pada kenyataan. Arti yang bersifat difinitif, yaitu arti yang dengan jelas menunjuk ciri khas dari sesuatu yang ada.
          SIFAT KEBENARAN ILMIAH
Bagian sebelumnya telah membahas tentang pengertian kebenaran meskipun kebenaran di maknai dengan difinisi yang berbeda-beda taoi bisa kita ambil pengertian bahwa kebenaran ilmiah atau ilmu sangat erat kaitannya dengan pengetahuan, metode atau cara membangun suatu pengetahuan, dan relasi antara subjek dan objek. Telah dikemukakan juga teori kebenaran yang berkembang di dalam kefilsafatan. Di bagian ini kita akan membahas mengenai kebenaran sifat ilmiah Hamami mengatakan bahwa kebenaran ilmiah muncul dari hasil penelitian, artinya suatu kebenaran tidak mungkin muncul tanpa adanya prosedur baku yang harus dilalui memperoleh pengetahuan ilmiah yang pada hakikatnya berupa teori-teori melalui metode ilmiah yang telah baku sesuai dengan sifat dasar ilmu. Lebih lanjut Humami mengatakan bahwa kebenaran dalam ilmu adalah kebenaran yang bersifat objektif, maksudnya bahwa kebenaran dari suatu teori, atau lebih tinggi dari aksioma (pernyataan yang diterima sebagai kebenaran tanpa pembuktian) paradigma, harus didukung oleh fakta-fakta yang berupa kenyataan dalam keadaan objektivnya. Mengacu pada status antologis objek, menurut Hamami kebenaran dalam ilmu dibedakan menjadi dua jenis teori, yaitu kebenaran korespondasi untuk ilmu-ilmu alam dan kebenaran khorensi atau konsisten untuk ilmu-ilmu sosial, kemanusiaan, dan logika. Kemudian hal yang sangat penting dan perlu di perhatikan dalam hal kebenaran yaitu bahwa kebenaran dalam ilmu harus selalu merupakan hasil persetujuan atau konvensi dari para ilmian dibidangnya. Sehingga kebenaran-kebenaran dalam ilmu akan terus berubah san berkembang berdasarkan penemuan-penemuan terbaru yang mampu menentang teori-teori terdahulu dalam bidang ilmu yang sama. Serta mendapatkan persetujuan konvesional sari para ilmuwan di bidang yang sama
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI