2. Kebenaran dikaitkan dengan sifat atau karakteristik tentang cara atau metode apa yang digunakan subjek dalam membangun pengetahuan itu. Apakah ia membangun pengetahuannya dengan penginderan atau sense expreince, akal pikiran, ratio, intiusi, atau keyakinan. Gimana cara atau metode yang digunakan subjek akan mempengaruhi karakteristik kebenaran, sehingga harus dibuktikan juga dengan metode atau cara yang sama. Misalnya, juka subjek memperoleh kebenaran melalui sense exprensi, maka harus dibuktikan dengan juga sense exprensi, bukan dengan cara yang berbeda, begitu juga dengan lainnya.
3. Nilai kebenaran dikaitkan dengan ketergantungan terjadinya pengetahuan itu. Artinya kebenaran ini berkaitan dengan telasi antara subjek dan objek. Manakala subjek memiliki dominasi yang tinggi dalam membangun suatu kebenaran. Maka kebenaran itu bersifat subjektif, artinya nilai kebenaran yang terkandung di dalam pengetahuan itu sangat tergantung pada subjek yang memiliki pengetahuan itu. Atau sebaliknya, jika objek lebih berperan maka sifat pengetahuannya objektif seperti ilmu alam.
Sebagai pelengkap bahasa ini, berikut kami kemukakan tiga penafsiran utama tentang kebenaran menurut Sahakian (1996: 23) adalah sebagai berikut:
A. Kebenaran sebagai sesuatu yang mutlak (absolut)
B. Kebenaran sebagai subjektivitas atau pendapat pribadi
C. Kebenaran sebagai sesuatu yang mustahil dan sulit untuk di jangkau.
Penafsiran utama tentang kebenaran menurutit Sahakiah merupakan polemik yang belum  terselesaikan ketika seorang filsuf membicarakan kebenaran. Apakah ada kebenaran yang bersifat mutlak atau absolut? Buktinya ilmu pengetahun terus berkembang dan mempengaruhi sudut pandang manusia tentang kebenaran. Atau jangan- jangan kebenaran itu hanyalah subjektivitas seseorang atau kelompok? Bahkan jangan-jangan kebenaran merupakan hal yang sulit dan mustahil untuk dijangkau.
            TEORI-TEORI KEBENARAN
Pada bagian ini kami akan membahas tentang teori-teori kebenaran sepanjang sejarah pemikiran manusia. Perbincangan mengenai kebenaran sudah dimulai plato melalui metode dialog, kemudia dilanjutkan oleh Aritetoles. Menurut seorang filsuf Jaspres sebagaimana dikutip oleh Hammersa bahwa sebenarnya pemikir sekarang hanya melengkapi dan menyempurnakan filsafat Plato dan Aristoteles (Hamami dalam Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, 2010:138. Hal ini tentu berdasarkan argumentasi yang kuat berdasarkan pemikiran yang mendalam, yang mendasarkan dalam data-data sejarah yang ada. Plato dianggap sebagai filsuf yang membangun teori pengetahuan yang cukup lengkap sebagai teori pengetahuan yang awal. Dari support atas teori yang sudah dibangun plato.Â
Berikut ini penjelasan mengenai teori-teori kebenaran yang kami coba rangkum dari beberapa sumber ilmiah:
1. Teori Kebenaran Korespondasi