Nyonya Hannah Ulser tak menyebutkan angka honornya. "Kita bicarakan lagi nanti.." katanya, padahal kemarin dia bilang akan membicarakannya besok, atau hari ini. Ia juga tak mau menentukan hari apa jadwal belajarnya. "Datang saja kapan kau bisa. Kecuali aku sedang tak bisa ya kita libur..."
Setelah itu, tinggallah Soso sendirian yang datang ke sana. Si Kamo sudah nggak mau ikut lagi. Mulanya Nyonya Hannah mengajarinya seperti biasanya. Ia memperkenalkan prinsip-prinsip dasar dalam Bahasa Jermah, termasuk pelafalannya.
Setengah jam istirahat habis, ia menghentikannya. "Nanti kita lanjutkan, kau lancarkan dulu yang tadi..." katanya. "Ada yang perlu kutanyakan dulu darimu..."
"Apa itu, Nyonya?" tanya Soso.
"Sejauh apa hubunganmu dengan anakku, Sabine?"
Soso bengong. "Saya... saya hanya berteman saja Nyonya, ngobrol, dan yaa pernah satu kali mengajaknya jalan-jalan keliling Tiflis. Mmm itu juga sebetulnya dia yang meminta saya yang menemaninya, bukan saya yang mengajak..." jawab Soso seadanya. "Memangnya kenapa Nyonya?"
"Ia mendadak bertingkah aneh, seperti orang bingung. Lalu tiba-tiba saja ia memutuskan untuk kembali ke Hamburg..."
"Apa hubungannya dengan saya soal itu?" tanya Soso.
"Dulu ia memaksa ikut kemari karena ingin menghindari calon tunangannya itu. Katanya ia tak nyaman, ingin mengakhiri hubungannya. Tapi tiba-tiba saja ia berubah pikiran..."
Soso bingung. Ia bener-bener nggak tahu apa-apa soal itu.
"Tunggu sebentar, ada sesuatu yang dia titipkan untukmu...." Nyonya Hannah meninggalkan Soso dan tak lama kembali lagi dengan sebuah bungkusan kecil bersama dengan sepucuk surat. Ia menyerahkannya pada Soso.