Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (113) Razia Toko Buku di Tiflis

23 Maret 2021   22:23 Diperbarui: 25 Maret 2021   13:26 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Alip Yog Kunandar

Gege tersenyum pahit, "Barangkali! Kalau niatku membuat orang-orang menjadi lebih cerdas tak kesampaian, kenapa tidak kubalikkan saja sekalian, kubuat orang-orang cerdas menjadi gila!"

"Sori, Bang, bukan maksud saya begitu..." kata Soso.

"Aku ngerti..." sahut Gege. "Dulu aku mundur dari kelompok pergerakan karena merasa ada hal yang harus dibangun dulu sebelumnya. Aku berpikir, sebelum bergerak, otak orang-orang itu harus diisi dengan berbagai pengetahuan. Jadi gerakannya bukan sekadar gerakan emosional, tapi gerakan yang rasional. Soal cara, itu kan usahanya saja, selama tujuannya sama..."

Soso terdiam, ia bisa merasakan kegundahan lelaki itu. Ia tahu, Gege bukan sekadar mencari makan dengan membuka toko buku itu, tak seperti Pak Yedid yang memang menjadikannya mata pencaharian utama. Gege punya misi dan tujuan lain.

"Kira-kira penyebabnya apa, Bang, kok bisa sampai begini?"

"Mungkin saja Tsar yang baru ini mau mengubah arah kebijakannya..." jawab Gege. "Kalau para pendahulunya kan bersemangat untuk perluasan wilayah, sekarang mungkin maunya memperkuat yang sudah ada. Mungkin pula ia melihat celah perluasan wilayah itu sudah semakin sulit. Ke barat, kekaisaran lain juga sudah banyak yang kuat, ke selatan juga makin berat. Apalagi mulai banyak gerakan-gerakan yang berniat menggulingkannya..."

"Seberapa besarnya sih gerakan-gerakan itu?" tanya Soso lagi. Ia memang sudah sering mendengar soal itu, tapi ia masih tak terlalu yakin kalau gerakan itu akan sangat membahayakan posisi Tsar.

"Ya semakin meluas, soal kuatnya entahlah..." imbuh Gege. "Semakin banyak kaum terpelajar, semakin kuat gagasan itu, dan semakin berbahaya bagi Tsar, karena yang dihadapinya bukan musuh yang jelas, tapi samar. Apalagi gerakan itu sudah mulai muncul di hampir seluruh Eropa. Kaum-kaum ini sudah tidak lagi berpikir soal wilayah, tapi bagaimana wilayah yang ada sekarang dikelola dengan semangat yang sama. Musuh-musuh mereka bukan lagi orang di wilayah lain, tapi di wilayah mereka masing-masing!"

"Apa di wilayah Rusia ini sudah begitu?"

"Jauh sebelum sampai ke Tiflis, di kota-kota besar di sana sudah. Apalagi St. Petersburg. Itu kandangnya para pemikir yang kontra-Tsar," tambah Gege. "Kudengar sudah banyak kaum pemikir yang ditangkap, bahkan dipenjara tanpa diadili dulu. Ada lebih dari 40 orang yang ditangkap. Salah satunya lumayan terkenal keras dengan tulisan-tulisannya, namanya Vladimir Ulyanov,"[2] jawab Gege.

"Memangnya, apa yang ditulis atau dikatakannya?" Soso makin tertarik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun