Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (92) Ajakan ke Novorossiysk

1 Maret 2021   20:19 Diperbarui: 2 Maret 2021   21:01 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Alip Yog Kunandar

Ia mengangguk. "Iya. Kau juga ikut!"

"Saya ikut?" Soso melongo karena kaget.

"Iya lah, kenapa? Kau keberatan?"

"Oooh enggak Tuan, saya hanya kaget. Kenapa saya juga diajak, bukankah ada pegawai yang lain?"

"Ya nanti ada yang ikut selain kamu. Tapi kuharap kau juga ikut, agar bisa memberi saran pembanding!"

"Baik Tuan..." kata Soso.

*****

Ikut ke Novorossiysk? Siapa yang tak mau. Tapi Soso bimbang. Liburan sekolahnya sudah hampir berakhir. Kurang lebih seminggu ke depan, ia sudah harus kembali ke Tiflis dan memulai tahun ketiganya di seminari. Itupun harus dikurangi dengan setidaknya dua hari untuk perjalanan kembali dan istirahat memulihkan badannya.

Kalau ikut ke Novorossiysk, setidaknya, juga akan membutuhkan waktu sekitar seminggu untuk perjalanan dan juga waktu selama di sana. Itu pun mungkin malah bisa lebih lama lagi. Sudah bisa dipastikan, kalau ia ikut, ia akan terlambat masuk sekolah beberapa hari. apalagi, hari keberangkatannya masih belum jelas, masih beberapa hari ke depan. Artinya, waktunya makin mepet.

Tapi kalau tak ikut, rasanya Soso juga akan sangat menyesalinya kelak. Ia tahu, kesempatan seperti itu tak bakalan datang berkali-kali. Bahkan dua kali pun belum tentu.

"Semua terserah padamu, Sayang..." kata Natela saat Soso menceritakan kebimbangannya. Padanya, Soso memang sudah menceritakan semuanya tanpa beban, termasuk statusnya sebagai siswa seminari. "Bahwa sekolahmu itu penting, tentu saja. Bahwa kesempatan ini juga penting, juga iya, karena seperti katamu, kamu juga ingin belajar yang lain, yang tidak diajarkan di sekolah!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun