Ia mengangguk. "Iya. Kau juga ikut!"
"Saya ikut?" Soso melongo karena kaget.
"Iya lah, kenapa? Kau keberatan?"
"Oooh enggak Tuan, saya hanya kaget. Kenapa saya juga diajak, bukankah ada pegawai yang lain?"
"Ya nanti ada yang ikut selain kamu. Tapi kuharap kau juga ikut, agar bisa memberi saran pembanding!"
"Baik Tuan..." kata Soso.
*****
Ikut ke Novorossiysk? Siapa yang tak mau. Tapi Soso bimbang. Liburan sekolahnya sudah hampir berakhir. Kurang lebih seminggu ke depan, ia sudah harus kembali ke Tiflis dan memulai tahun ketiganya di seminari. Itupun harus dikurangi dengan setidaknya dua hari untuk perjalanan kembali dan istirahat memulihkan badannya.
Kalau ikut ke Novorossiysk, setidaknya, juga akan membutuhkan waktu sekitar seminggu untuk perjalanan dan juga waktu selama di sana. Itu pun mungkin malah bisa lebih lama lagi. Sudah bisa dipastikan, kalau ia ikut, ia akan terlambat masuk sekolah beberapa hari. apalagi, hari keberangkatannya masih belum jelas, masih beberapa hari ke depan. Artinya, waktunya makin mepet.
Tapi kalau tak ikut, rasanya Soso juga akan sangat menyesalinya kelak. Ia tahu, kesempatan seperti itu tak bakalan datang berkali-kali. Bahkan dua kali pun belum tentu.
"Semua terserah padamu, Sayang..." kata Natela saat Soso menceritakan kebimbangannya. Padanya, Soso memang sudah menceritakan semuanya tanpa beban, termasuk statusnya sebagai siswa seminari. "Bahwa sekolahmu itu penting, tentu saja. Bahwa kesempatan ini juga penting, juga iya, karena seperti katamu, kamu juga ingin belajar yang lain, yang tidak diajarkan di sekolah!"