Pagi itu, Natela mengabarkan kalau Tuan Nikoladze sudah kembali dari Istanbul. Sebuah kabar yang melegakan. Karena ia sendiri hampir bosan menjalani hari-harinya yang nyaris monoton itu.Â
Setidaknya, jika Tuan Nikoladze sudah kembali, mungkin ia akan mendapatkan tugas yang baru, atau melanjutkan tugasnya yang kemarin yang belum ia sampaikan hasilnya. Kepulangan Tuan Nikoladze juga melegakan karena waktu liburannya juga sudah makin berkurang. Soso jelas tak mau ia harus kembali ke Tiflis karena sudah harus masuk sekolah, sementara ia belum bertemu lagi dengannya.
"Kamu akan melaporkan hasil tinjauanmu hari ini?" tanya Natela saat menyiapkan sarapan pagi untuk mereka berdua.
Soso mengangguk. "Tentu saja, aku hanya takut dia tak menyukai hasil kerjaku!"
Natela tersenyum, "Tenang saja. Kamu kan bukan pegawainya, hanya membantunya saja. Bukan juga sebuah proyek yang harus sempurna hasilnya!"
"Iya juga sih..." kata Soso.
Tapi ternyata, di luar dugaannya, Tuan Nikoladze sangat serius mendengarkan pemaparan hasil kerja Soso membaca buku dan membandingkannya dengan situasi di Poti. Meski Soso memaparkan semua kota yang dibaca dalam buku itu dan membandingkannya dengan Poti, Tuan Nikoladze tampaknya tertarik dengan salah satu kota, Novorossiysk.
"Kota-kota lain itu menarik," kata Tuan Nikoladze, "Tapi sulit bagi kita untuk belajar secara langsung, jaraknya terlalu jauh dari Poti. Sementara Novorossiysk, tak terlalu jauh dari sini. Mungkin kita bisa belajar dengan langsung melihatnya!"
"Betul Tuan, melihatnya langsung akan jauh lebih baik!" kata Soso.
"Ya sudah, kita agendakan untuk berkunjung ke sana dalam beberapa hari ini!" kata Tuan Nikoladaze lagi.
"Tuan akan berkunjung ke sana?" tanya Soso.