Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (91) Tergoda Lagi

26 Februari 2021   18:53 Diperbarui: 1 Maret 2021   20:22 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Alip Yog Kunandar

Soso menatap Natela yang tampak berbeda, mungkin karena ia mengenakan pakaian rumahan yang lebih santai dan membiarkan rambut panjang cokelatnya terurai, tak diikat seperti tadi atau kemarin-kemarin. "Nggak usah, masih sore, nggak enak kalau aku malah tidur beneran. Tengah malam malam bangun dan susah tidur lagi..." kata Soso.

Natela tersenyum, lalu duduk di sebelah Soso. "Aku akan menyiapkan makan malam untuk kita..."

"Makan malam?" tanya Soso. "Aku harus pulang sebelum makan malam. Pak Didi pasti menungguku!"

Perempuan itu tersenyum lagi, yang membuatnya terlihat lebih cantik oleh Soso. "Aku sudah titip pesan sama Pak Kusir tadi, kalau kamu akan makan malam di sini!"

"Ooh..." Soso melongo. "Apa nggak merepotkan?" tanyanya.

"Tenang saja, aku tinggal sendirian kok di sini!" jawabnya. "Mandilah dulu kalau memang nggak mau lanjut tidurnya! Sudah kusiapkan semuanya!"

Soso nggak bisa menolak. Natela menunjukkan kamar mandinya. Dan ternyata ia malah menikmati mandinya itu, mungkin karena seharian berkeliling kota di cuaca yang cukup panas.

Selesai mandi, walaupun masih menggunakan pakaian yang sama, karena tak bawa pakaian ganti, Natela langsung menyambutnya. "Makan malam sudah siap. Langsung saja yuk..." katanya.

*****

Makan malam itu rasanya berbeda. Mungkin karena untuk pertama kalinya ia dijamu makan malam oleh seorang perempuan, secara khusus. Sedikit terselip rasa bahagia, merasa menjadi laki-laki yang dihargai. Makanan yang disajikan Natela pun cukup istimewa, ia memasak hidangan laut. Entah kapan ia sempat membeli bahan-bahannya, entah ia memang menyediakannya atau ia membelinya saat ia tertidur tadi, karena rasanya ia tidur cukup lama, dari hari masih sore hingga hari sudah gelap.

"Masakanmu luar biasa Na..." kata Soso memujinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun