Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (90) Antara Curiga dan Sanjungan

25 Februari 2021   21:34 Diperbarui: 25 Februari 2021   21:34 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Alip Yog Kunandar

Soso mengangguk-angguk lagi.

"Asal tahu saja, di Balai Kota, kedatanganmu saja sudah jadi bahan omongan..." kata Nana lagi.

"Kenapa?" tanya Soso.

"Karena tiba-tiba saja langsung dekat dengan Tuan Nikoladze dan sama sekali tak ada kaitannya dengan proyek-proyek yang sudah disetujui Rusia!"

"Memangnya apa saja yang sudah disetujui?"

"Banyak. Gereja, gymnasium,[1] pelabuhan, nanti ada kilang minyak, bahkan juga teater seperti di Tiflis!" jawabnya.

"Oh ya?"

Nana mengangguk. "Karena tiba-tiba kamu datang dan diminta belajar tata kota itulah kamu jadi bahan omongan orang-orang, baik yang dekat dengan Tuan Niko maupun yang agak tidak terlalu menyukainya!"

"Oke kalau begitu, aku mulai paham..." kata Soso. "Jadi kamu sengaja menemaniku agar aku paham soal itu?"

Natela mengangguk. Pak Didi menyampaikan pada orang dekat Tuan Niko soal tugas yang diberikan padamu. Nah aku ditunjuk oleh dia untuk menemanimu, jangan sampai kamu ditemani oleh orang yang tak menyukai Tuan Nikoladze, apalagi yang memusuhinya!"

Karena penjelasan Natela itulah Soso mulai mengerti 'peta politik' di dalam lingkungan Balai Kota Poti. Mungkin Poti ini memang istimewa, karena dipimpin oleh pribumi, berbeda dengan kota-kota lain yang semuanya orang Rusia, ditunjuk atau diangkat oleh Tsar dan jajarannya. Bisa jadi di Tiflis tak seperti itu. Tapi entahlah, tak ada satupun pejabat di Tiflis yang ia kenal. Bahkan di kampungnya sendiri pun, Gori, ia tak tahu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun