Soso mengangguk-angguk. "Tapi laut di sana itu terlalu terbuka, siapa pun bisa menyerang Poti dengan mudah!"
"Kalau kamu mau ngasih saran pada Tuan Nikoladze, lupakan soal militer, pertahanan, atau perang. Dia takkan tertarik!" kata Natela.
"Kenapa?"
Natela mendekatkan wajahnya pada telinga Soso dan berbisik, "Karena secara tidak langsung, Tuan Nikoladze kan bekerja untuk Rusia. Kalau ia sampai ketahuan membangun militer, pertahanan, dan sebagainya, ia bisa dicurigai. Jadi dia lebih memilih membangun yang lain saja!"
Soso mengangguk-angguk lagi. "Aku mengerti..." jawabnya. Ia lalu menarik tangan Natela menjauhi kereta kuda yang mereka tumpangi menuju bukit-bukit kecil tempat ia nongkrong dan memandangi Laut Hitam hari pertama ia kembali ke Poti. "Kenapa harus berbisik-bisik?" tanya Soso.
"Di balai kota, banyak mata-mata..." jawab Natela. "Tuan Nikoladze itu diawasi terus gerak-geriknya oleh Rusia, terutama Gubernur Kutaisi, lewat orang-orang yang ditaruhnya. Tidak semua orang bisa dipercaya. Jadi kita tidak bisa sembarangan ngomong tentang Rusia, apalagi kalau yang ada kaitannya dengan keinginan melepaskan diri entah itu Poti sendiri, Kartli-Kakheti, atau Georgia..."
Soso melongo mendengarnya, "Oooh aku paham..."
"Menurut Tuan Nikoladze, orang Poti dan Kutaisi harus memperkuat ekonominya terlebih dahulu, baru berpikir yang lain. Kalau berpikir merdeka tapi tak punya apa-apa, ya percuma saja, pasti kalah perang. Perang kan butuh biaya juga..." kata Natela lagi, kali ini, karena hanya berdua, suaranya lebih keras, tak berbisik lagi. "Setidaknya, kata Tuan Nikoladze, kalaupun kita masih dalam kekuasaan Rusia, orang bisa hidup sejahtera dulu lah..."
"Coba bandingkan dengan daerah-daerah lain, bahkan Tiflis sekalipun. Mana ada yang pribuminya sejahtera!" lanjut Natela.
"Iya sih..." kata Soso. Setidaknya kan ia sudah bisa membandingkan bagaimana Poti dengan kota-kota lain yang pernah dikunjunginya. "Jadi kusir tadi mencurigakan?" tanya Soso kemudian.
Natela menggeleng, "Bukan soal mencurigakan atau tidak. Dia memang orang Georgia, tapi kan nggak tahu pasti pandangannya. Jangan-jangan dia orang bayaran Gubernur Kutaisi untuk memata-matai Tuan Nikoladze!"