Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (89) Belajar Tata Kota

24 Februari 2021   22:16 Diperbarui: 25 Februari 2021   21:37 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Alip Yog Kunandar

Soso mencatat soal itu. Bagaimanapun juga, Poti menjadi muara Sungai Rioni yang cukup besar. Ia tidak tahu, apakah sungai itu sering banjir atau tidak. Apapun itu, ia perlu mencatatnya dan melaporkannya pada Tuan Nikoladze nanti.

Kota lain yang dibahas adalah St. Petersburg. Meski Soso membacanya juga, ia tak membuat catatan khusus. Ia tahu, Tuan Nikoladze pernah kuliah di sana, jadi mungkin sudah lebih mengenalnya ketimbang ia yang hanya membacanya saja dari buku itu.

Ada dua kota lain yang dibahas dalam buku itu yang menarik perhatian Soso, yakni Rostov-na-Donu dan Novorossiysk. Dua kota ini ternyata tak jauh dari Poti karena sama-sama berada di sekitar Laut Hitam.

Rostov-na-Donu berada di tepi Sungai Don yang bermuara di Laut Azov. Ia teringat cerita Jabeer si pelaut Muslim itu. Katanya, kapal tempatnya bekerja juga mampir di kota itu karena Laut Azov sendiri memang berhubungan dengan Laut Hitam.

Sementara malah lebih dekat lagi dengan Poti, dan berada di tepi Laut Hitam. Kota ini tak jauh dari Krasnodar yang lebih besar, tetapi Novorossiysk adalah kota pelabuhan yang sangat ramai, terutama dalam hal perdagangan di sekitar Laut Hitam. Soso membuat banyak catatan dari tata kota kedua kota ini, terutama dalam hal pengembangan pelabuhannya.

Selesai membaca dan membuat catatan, satu yang dirasa kurang oleh Soso. seperti yang dikatakan oleh Tuan Nikoladze, mungkin ia memang perlu berkeliling Poti untuk membandingkan dengan apa yang dibaca dan dicatatnya.

Ia lalu menghubungi Pak Didi dan menyampaikan hal itu, sesuai dengan amanat Tuan Nikoladze.

*****

Dua hari kemudian, sebuah kereta kuda menjemput Soso di rumah Pak Didi. Kereta itu akan mengantarkannya keliling Poti, seharian bila perlu. Pak Didi sendiri jelas tak bisa ikut karena memiliki tugas yang tak bisa ditinggalkan di Balai Kota Poti. Soso sudah memintanya mencarikan seseorang yang bisa menemaninya untuk diajak berdiskusi.

Taunya, kereta itu bukan hanya datang dengan kusir saja, tapi juga dengan seorang perempuan pertengahan dua puluh tahunan, mungkin antara 25-30 tahun. Perempuan itu langsung menghampiri Soso.

"Tuan Koba Djugashvili? Saya Natela Gvazava, pegawai di balai kota. Saya diminta untuk menemani Tuan meninjau kota Poti, sesuai dengan perintah Pak Walikota..." katanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun