Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (89) Belajar Tata Kota

24 Februari 2021   22:16 Diperbarui: 25 Februari 2021   21:37 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Alip Yog Kunandar

"Kalau kau sudah selesai membacanya, mintalah Pak Didi mencarikan kereta yang bisa mengantarmu keliling Poti, coba bandingkan antara kota-kota itu dengan Poti. Barangkali ada sesuatu yang bisa diterapkan di sini..." lanjut Tuan Nikoladze. "Anggap saja kau jadi asistenku dalam urusan tata kota!"

"Baik Tuan..." jawab Soso. Tentu saja ia senang dengan 'jabatan' itu. Toh selain memang nggak ada kerjaan, tampaknya hal itu menarik juga, siapa tahu dia memang menemukan ide yang bisa dikembangkan di Poti.

Dalam hatinya, ia sebetulnya agak-agak iri. Bagaimana ia malah ikut 'membangun' kota yang bukan kampung halamannya sendiri, melainkan kota yang bahkan keluarga pun ia tak punya di situ. Kenapa ia malah tak 'membangun' kotanya sendiri, Gori, yang menurutnya amburadul, seperti kota yang tak ada pengurus atau pemerintahnya.

Tak apalah, pikirnya, anggap saja ia sedang belajar mata pelajaran yang baru, mata pelajaran yang tak pernah, dan tidak akan didapati di sekolahnya. Selain lebih banyak ilmu-ilmu agama, dari filsafat, sejarah, sampai praktik peribadatan, ilmu lain yang dipelajarinya hanyalah ilmu-ilmu dasar, matematika, bahasa, yang ia sendiri tak tahu, apakah itu nanti akan berguna kalau ia lulus dan mencari pekerjaan. Bukannya tak suka pelajaran-pelajaran itu, tapi kurang menarik saja baginya.

*****

Buku-buku yang diberikan kepada Soso, ternyata berisi ulasan-ulasan tata kota dari kota-kota besar di Rusia. Benar-benar menarik. Sayangnya, semuanya adalah kota-kota yang memiliki pelabuhan, entah itu yang berada di tepi laut, danau, maupun sungai besar. Apapun yang menarik di situ, tak mungkin bisa diterapkan di kampungnya, di Gori, yang jauh dari laut. Tapi kalau di Poti, mungkin saja itu bisa diterapkan.

Kota pertama yang dibahas dalam buku tanpa penulis itu adalah Vladivostok. Seperti namanya, 'Menguasai Timur' kota itu benar-benar berada di bagian timur Kekaisaran Rusia, berbatasan dengan Tiongkok, dan tak jauh dari Kepulauan Jepang. Kota ini terletak di tepi Teluk Tanduk Emas yang terhubung dengan Laut Jepang.

Kalau saja Soso tak membaca buku itu, ia mungkin takkan pernah tahu adanya kota yang jaraknya hampir seperempat lingkar bumi itu.[1] Sayangnya, buku itu tak membahas sejarahnya, hanya membahas bagaimana pemerintah kota, di bawah pengawasan Tsar Alexander II, membangun kota yang saat dikuasai Tiongkok bernama Yongmingcheng itu.

Sebagai kota yang dirancang untuk perdagangan dan juga pertahanan di timur jauh Rusia, pusat kotanya dipindahkan dari wilayah tanjung (yang menjadi cikal bakal sebutan 'Tanduk Emas') ke bagian dalam. Bagian tanjungnya dibuat untuk pertahanan laut. Sementara pemukiman dibuat baru di seberangnya. Di situ dibangun pula pelabuhan untuk tujuan perdagangan.[2] Kapal-kapal besar bisa masuk, tetapi kapal-kapal musuh, bila ada, bisa dicegah.[3]

Soso membayangkan Poti. Jika dalam situasi perang, pelabuhannya akan sangat mudah ditembus dari Laut Hitam, tanpa penghalang, dan penyerbu bisa langsung masuk dan mengobrak-abrik kota. Ia lalu membuat catatan soal itu. Akan ia sampaikan nanti kepada Tuan Nikoladze.

Kota lain yang dibahas dalam buku itu adalah Khabarovkha.[4] Kota ini juga berada di timur. 'Tak jauh' dari Vladivostok. Bedanya, jika Vladivostok di tepi laut, Khabarovkha berada di tepi sungai besar, Sungai Amur.[5] Selain Sungai Amur, Sungai Ussuri juga bermuara di situ. Posisinya yang strategis membuat kota ini penting dalam hal pertahanan. Dalam hal tata kota, yang paling penting adalah bagaimana menjaga agar kota ini tidak kebanjiran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun