Soso harus mengakui bahwa apa yang diomongkan Pangeran Ilia itu benar. Pengalamannya yang panjang, termasuk dekat-dekat kekuasaan di St. Petersburg sana, menunjukkan kelasnya. Â
Tak salah kalau Walikota Poti, Niko Nikoladze, menyebut Pangeran Ilia sebagai gurunya atau Piverli Dasi, kelompok pertama, atau generasi pertama, sementara Tuan Nikoladze dan kawan-kawan menyebut dirinya sebagai Meore Dasi, kelompok kedua atau generasi kedua. Generasi yang sudah diakui oleh Pangeran Ilia sendiri.
Sementara si Nunu dan Silva, meski mengaku sebagai Mesame Dasi, alias kelompok ketiga, generasi ketiga, sama sekali tak pernah berguru pada generasi sebelumnya. Hanya nyatut-nyatut nama, keren-kerenan saja mungkin.
Soso sebetulnya beruntung bisa berguru pada dua generasi awal itu lewat sosok Pangeran Ilia dan Tuan Nikoladze.Â
Tapi ia sendiri, meski tak secara resmi bergabung dengan Mesame Dasi, ya bisa dikatakan termasuk kelompok mereka. Benar kata Pangeran Ilia dan Tuan Nikoladze, sembrono dalam bertindak. Entah karena jiwa mudanya, atau karena tak mau belajar, maunya cepat mendapatkan hasil.
 "Harus saya akui Tuan, kita luput soal itu...." kata Soso akhirnya.
Pangeran Ilia tersenyum, "Tak apa. Namanya juga belajar. Tapi hati-hati, jangan sampai kalian malah merugikan nasib orang-orang lain, terutama buruh itu. Niatnya membantu, tapi malah menjerumuskan mereka, membuat mereka tambah susah!"
"Lalu bagaimana dengan saya?" tanya Soso.
"Sembunyi aja sana, tapi jangan ke Gori, ke tempat lain!" jawab Pangeran Ilia, enteng.
"Apa itu baik, Tuan?"
"Mereka itu hanya panas-panas tahi ayam. Seminggu-dua minggu ini masih diurusi. Nanti mereka capek dan bosan sendiri ya dilupakan!" jawab Pangeran Ilia.