Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (85) Buron

20 Februari 2021   21:27 Diperbarui: 21 Februari 2021   21:12 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Polisi selalu bertanya soal orang yang membuat tulisan! Semua orang ditanyai soal itu!" jawab si Vati lagi.

"Ada yang ngasih tahu?"

Vati menggeleng lagi.

Soso diam, tak ada lagi yang bisa digali dari si Vati. Tapi informasi itu sudah lebih dari cukup. Si Lado terluka, dibawa entah kemana. Si Nunu dibawa masuk, terus entah kemana. 

Si Silva entahlah, apakah ia ditahan atau tidak. Dan yang paling penting, ia makin tahu kalau polisi mencarinya. Lebih tepatnya mencari penulis artikel di Kvali yang dianggap menghasut. Soal apakah polisi bisa menghubungkan penulis itu dengan dirinya, Soso nggak tahu.

Yang pasti, kalau sampai si Nunu yang sudah ditanyai polisi membuka mulut soal penulis, ia akan dicari. Itu saja.

Apakah Soso akan menghadapinya, atau menghindarinya? Itu yang dia masih bimbang.

*****

Diantar si Vati, soso menemuis Ogur, sahabatnya yang lain yang juga sudah dibebaskan. Sama, tak ada informasi yang baru. Soso bener-bener bimbang. Tak ada orang yang dianggapnya bisa diajak berbicara untuk masalahnya itu.

Pak Sese mungkin bisa, tapi ia takut didengar Mak Imel yang panikan dan serba khawatir, apalagi kalau sudah berurusan dengan polisi. Anak-anak pabrik itu, meski ia tahu mereka baik dan tak mungkin berniat jahat, sulit dipercaya oleh Soso, takut keceplosan atau apa lah, apalagi mereka kan masih dalam pengawasan polisi. Kalaupun tidak, ia tak yakin anak-anak itu bisa memberi pertimbangan yang matang.

Entah kenapa, tiba-tiba saja Soso teringat pada Pangeran Ilia. Soso yakin lelaki bijaksana itu akan bisa memberinya petuah berharga. Tapi Soso yang tak terlalu yakin. Rasanya sungkan untuk merepotkannya dengan urusan seperti itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun