Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Stalin: (84) Kabar Baik dan Buruk

19 Februari 2021   21:28 Diperbarui: 20 Februari 2021   21:29 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Alip Yog Kunandar

Soso sendiri sedang malas untuk mencari tahu apa yang terjadi dalam demo itu setelah ia tak ingat apa-apa. Kepalanya masih cenat-cenut. Ia ingin pulang dan beristirahat. "Nanti saja kucari tahu apa yang terjadi..." pikirnya.   

Karena ditahan di Benteng Narikala, tempat terdekat dari situ adalah kontrakan si Lado yang berada di bawahnya, tinggal turun, sudah sampai. 

Tapi kalau ke rumah Pak Sese, ia harus berjalan kaki lebih jauh atau menyewa kereta kuda. Ia tak sanggup kalau berjalan jauh saat ini. Makanya, Soso memilih untuk ke tempat si Lado dulu untuk sedikit menyegarkan badannya sambil mencari tahu kabar.

Sayangnya, kontrakan si Lado kosong, dan terkunci. Di mana kawannya itu, Soso tak tahu. Ia memutuskan untuk menunggunya beberapa saat sambil selonjoran kaki. Berharap si Lado hanya keluar sebentar, ataupun kalau ditahan di Narikala, sebentar lagi pasti sampai, karena semua tahanan di sana sudah dibebaskan.

"Koba!" terdengar suara perempuan memanggilnya.

Soso mengangkat dan memalingkan wajahnya. "Sabine..." katanya, setelah tahu siapa yang memanggilnya.

"Apa yang kau lakukan di sini? Kau tampak tak sehat!" tanyanya sambil mendekatinya, ia masih memakai celemek, pertanda dia sedang bekerja di kedai.

"Aku menunggu si Lado!" jawab Soso.

"Sudah sejak kemarin aku tak melihatnya..." kata Sabine lagi. "Mampirlah ke kedai, kuambilkan kau minuman sambil menunggunya!"

Benar juga, pikir Soso, ketimbang menunggu di situ, menunggu di kedai Jerman itu lebih baik, ia bisa memesan makanan atau minuman sambil menunggu si Lado dan beristirahat lebih nyaman ketimbang di pinggir jalan kayak gitu. 

Ia berdiri dan berjalan mengikuti Sabine. Tempat duduk yang dulu ditempatinya saat ngobrol panjang dengan Sabine pertama kalinya ia pilih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun