Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (77) Bergerak dan Menunggu

12 Februari 2021   21:27 Diperbarui: 13 Februari 2021   23:47 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aku, nulis lagi buat Kvali? Nggak salah tuh? Yang dulu aja ditolak mentah-mentah oleh si Nunu!" kata Soso yang masih jengkel dengan pimred suratkabar yang disebut si Lado barusan, Noe Zhordania.

"Itu karena dulu kau menyerangnya, menyerang Kvali dan juga menyerang si Nunu secara pribadi..." kata si Lado. "Kali ini, kau harus menyerang para borjuis itu, para pemilik modal berikut antek-anteknya yang memanfaatkan situasi untuk keuntungan mereka sendiri tanpa memikirkan nasib orang lain. Bahkan nasib orang-orang yang sudah lama memberi mereka keuntungan!"

Soso diam, ia mulai memahami maksud si Lado.

"Tuliskan apa yang kau tahu tentang kejadian di pabrik itu..." kata si Lado lagi.

"Tapi kasusnya belum jelas Do... belum terbukti bahwa si Sergei Kustov, manajer pabrik itu yang menjadi otak pencurian di pabrik yang dikelolanya sendiri!" kata Soso.

"Itu tak penting kawan!" kata si Lado. "Jangan bicarakan dulu kasus dan tuduhannya jika itu memang belum kuat. Tapi soroti perlakuan tak adil pada buruh-buruh itu. Dituduh tanpa bukti, ditahan di kantor polisi tanpa kejelasan, dan juga bagaimana polisi itu lebih berpihak pada mereka yang kuat, tanpa mau berrepot-repot melakukan penyelidikan yang sungguh-sungguh!"

Soso mengangguk-angguk. "Terus apa lagi yang harus kusampaikan?"

"Pentingnya buruh untuk bersatu!"

"Oke, kira-kira Kvali mau memuatnya?"

Lado tersenyum, "Kalau si Nunu tak mau memuatnya, berarti apa yang dia omongkan selama ini hanya omongkosong belaka. Mau tak mau dia harus memuatnya!"

"Terus, jika sudah dimuat? Apa langkah berikutnya?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun