"Aku, nulis lagi buat Kvali? Nggak salah tuh? Yang dulu aja ditolak mentah-mentah oleh si Nunu!" kata Soso yang masih jengkel dengan pimred suratkabar yang disebut si Lado barusan, Noe Zhordania.
"Itu karena dulu kau menyerangnya, menyerang Kvali dan juga menyerang si Nunu secara pribadi..." kata si Lado. "Kali ini, kau harus menyerang para borjuis itu, para pemilik modal berikut antek-anteknya yang memanfaatkan situasi untuk keuntungan mereka sendiri tanpa memikirkan nasib orang lain. Bahkan nasib orang-orang yang sudah lama memberi mereka keuntungan!"
Soso diam, ia mulai memahami maksud si Lado.
"Tuliskan apa yang kau tahu tentang kejadian di pabrik itu..." kata si Lado lagi.
"Tapi kasusnya belum jelas Do... belum terbukti bahwa si Sergei Kustov, manajer pabrik itu yang menjadi otak pencurian di pabrik yang dikelolanya sendiri!" kata Soso.
"Itu tak penting kawan!" kata si Lado. "Jangan bicarakan dulu kasus dan tuduhannya jika itu memang belum kuat. Tapi soroti perlakuan tak adil pada buruh-buruh itu. Dituduh tanpa bukti, ditahan di kantor polisi tanpa kejelasan, dan juga bagaimana polisi itu lebih berpihak pada mereka yang kuat, tanpa mau berrepot-repot melakukan penyelidikan yang sungguh-sungguh!"
Soso mengangguk-angguk. "Terus apa lagi yang harus kusampaikan?"
"Pentingnya buruh untuk bersatu!"
"Oke, kira-kira Kvali mau memuatnya?"
Lado tersenyum, "Kalau si Nunu tak mau memuatnya, berarti apa yang dia omongkan selama ini hanya omongkosong belaka. Mau tak mau dia harus memuatnya!"
"Terus, jika sudah dimuat? Apa langkah berikutnya?"