"Yang masih kerja?"
"Kalau anak-anak dan remaja ada mungkin 15 lagi..."
"Nggak ada yang ngurusin anak-anak yang ditahan itu?"
Petros menggeleng. "Kita nggak tau mau ngapain. Katanya ada saksi yang memberatkan. Jadi mereka nggak bisa dilepas! Kasian orang tuanya. Pada bingung..."
"Oke, kau yakin nggak anak-anak itu bersalah?"
Anak 14-15 tahunan itu menggeleng, "Aku sangat yakin mereka tak bersalah. Kalau saja --anggaplah---mereka terlibat. Kurasa bukan salah satu di antara mereka yang punya ide. Mungkin saja dimanfaatkan. Toh sampe sekarang, sepatu-sepatu yang hilang itu juga tak pernah ditemukan. Kalau mereka beneran yang mencuri, aku yakin mereka sudah pada ngaku, paling tidak ada lah salah satunya yang akan mengaku..."
"Kamu mencurigai sesuatu?" Soso menyodorkan cangklong, tapi anak itu menolaknya, meski terlihat menikmati kopinya.
"Aku curiga sama seseorang..." jawabnya dengan sedikit ragu.
"Ngomong aja santai napa. Aku kan bukan polisi atau atasanmu di pabrik!" kata Soso.
Anak itu tersipu. "Iya, ada seseorang di pabrik yang kurasa terlibat, kalau nggak bisa kubilang sebagai otak pencurian itu. Tapi dia sendiri malah nggak ditangkap, masih ada, masih bekerja..."
"Siapa?"