"Tapi anak-anak itu sudah ketemu?"
"Belum. Masih dicari..." jawab Pak Sese.
"Nggak masuk akal Pak..." kata Soso. "Saya tak yakin kalau anak-anak itu beneran nyolong sepatu, terus pada ngilang. Kan di sana ada penjaga, masak iya segampang itu mindahin puluhan peti. Terus, mereka mau jual kemana? Itu kan sepatu militer, bukan sepatu biasa. Lagipula, semalem anak-anak itu juga terlihat di Bazaar Armenia, ada temenku yang melihatnya di sana. Kalau mereka main ke sana, terus sepatu itu dikemanakan dulu?"
"Gak tau lah, So..." kata Pak Sese lagi. "Sekarang di pabrik banyak kejadian aneh. Banyak barang yang hilang, tapi biasanya bahan. Baru semalem aja ada sepatu jadi yang hilang. Dan selalu yang dituduh para pekerja..."
Soso sebetulnya masih sangat penasaran dengan kejadian itu. Tapi ia teringat pada niatnya untuk berangkat ke Rustavi bersama bapaknya. Ia terpaksa harus menunda rasa penasarannya itu dulu, "Nanti setelah pulang dari Rustavi lah aku cari tahu..." bathinnya.
Dan setelah sarapan pagi, ia pun bersiap untuk berangkat ke Rustavi. Sebuah kereta kuda yang akan mengantarnya ke sana sudah menunggu. Soso tampak gagah dengan pakaiannya, terutama sepatu barunya itu.
Mak Imel yang mengantar sampai takjub, "Keren juga sepatumu So..." katanya.
Soso nyengir, "Iya Mak, dibuatin bapak...." jawabnya.
"Ya sudah, hati-hati di jalan. Jangan lupa oleh-oleh dari Rustavi!"
"Siap Mak..." jawab Soso. Ia tahu Mak Imel bercanda, tapi tak ada salahnya juga mencarikan oleh-oleh nanti buatnya. Ia pun segera naik ke atas kereta, menyusul bapaknya yang sudah naik duluan.
*****