Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (69) Anak-anak Hilang

4 Februari 2021   21:21 Diperbarui: 5 Februari 2021   23:32 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Alip Yog Kunandar

Episode Awal: (1) Soso

Episode Sebelumnya: (68) Hadiah Sepatu dan Sepatu Hilang

*****

Malam itu, pabrik sepatu milik Gregori Adelkhanov tempat Soso dan juga Pak Beso pernah bekerja sebelumnya, ramai oleh orang-orang yang berkumpul. Sergei Kustov, manajer pabrik tampak serius berbincang dengan sejumlah polisi.

Soso, Pak Beso, Pak Sese, Pak Samvel Geyserian, bergabung dengan sejumlah pekerja pabrik yang juga pada berkumpul. Biasanya jam segitu, pabrik sudah sepi, tapi karena ada kejadian, banyak pekerja yang berdatangan. Apalagi beredar dari mulut ke mulut, sejumlah sepatu yang hilang itu diduga dicuri oleh para pekerja anak.

Teman-teman Soso sesama pekerja anak dulu, Vati, Vateli, Kahka, Ogur, termasuk juga beberapa pekerja anak keturunan Armenia seperti si Ivan Geyserian, anaknya Pak Samvel juga menghilang sejak tadi sore. Polisi sedang mencari mereka.

Melihat kedatangan Pak Samvel, Sergei Kustov, langsung menunjuk-nunjuk. "Kalau anaknya tak bisa ditemukan, bawa saja bapaknya!" katanya dalam bahasa Rusia.

Pak Samvel yang berbadan besar itu tampak langsung emosi, "Eh, anakku hilang bukan berarti dia mencuri barang majikanmu ya!" hardiknya dalam bahasa Rusia yang masih kaku. Pak Sese berusaha menahannya agar tak lepas emosi.   

Soso sendiri melihat sesuatu yang berbeda dari tempatnya bekerja dulu itu. Bukan pabriknya. Bukan pula manajernya, si Kustov yang nyebelin itu. Tapi, ia melihat para pekerja itu tampak berbaur, tak lagi blok-blokan seperti dulu, yang orang Georgia ngumpul sesama orang Georgia, yang Armenia ngumpul sama Armenia. Sekarang semuanya berbaur, saling berbincang satu sama lain. Termasuk bapaknya almarhum si Bulac orang Turki itu, ia juga tampak berbincang dengan yang lain.

"Sekarang pada akur ya Pak De?" tanya Soso pada Pak Sese.

"Iya, lumayan, sejak demo sehabis banjir dulu. Berkat kamu..." jawabnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun